Khotbah di Bukit: Apa Tanggapan Yesus terhadap Politik
Khotbah di Bukit: Apa Tanggapan Yesus terhadap Politik
Banyak yang bertanya-tanya, apakah Yesus datang ke dunia hanya untuk menyelamatkan manusia dari hukuman atas dosa? Atau apakah misi besar lainnya? Jawabannya sesungguhnya sudah jelas. Yesus datang ke dunia ini untuk memberikan ajaran berupa standar kehidupan yang baru: warga Kerajaan Sorga. Ia mengajar dan memberikan teladan: teladan untuk mengasihi sesama manusia, bahkan musuh, Ia berempati dan menaruh perhatian. Ia menyembuhkan dan memulihkan. Membangkitkan harapan orang-orang yang hampir putus asa. Namun, karena beberapa bulan terakhir ini politik sedang ramai, saya sendiri bertanya, apakah tanggapan Yesus terhadap politik?
Pertama-tama, ada baiknya kita mengenal beberapa budaya yang berkembang dan mempengaruhi cara kita berpikir. Tidak hanya mempengaruhi, bahkan memanipulasi kita secara tidak langsung.
Pertama, adalah budaya politik. Politik adalah tatanan paling atas dari struktur sosial orang-orang jaman sekarang. Ada banyak jabatan tertinggi dalam sebuah organisasi, perusahaan, atau bahkan negara yang merupakan jabatan politis. Menurut Rohr, seorang imam Katolik, budaya politik yang terus berkembang adalah budaya manipulasi kekuasaan. Kekuasaan (power) diperoleh dengan manipulasi, maka secara manipulasi juga akan dipertahankan. Caranya ya dengan memanfaatkan kekuasaan yang ia miliki. Terus saja berlangsung seperti lingkaran. Tak heran, itulah mengapa kini kita mulai mengenal istilah “dinasti kekuasaan.”
Yang kedua, adalah budaya ekonomi. Manusia adalah makhluk ekonomi, Homo economicos. Selama masih hidup dan bernapas, orang akan terus berupaya memperoleh uang. Utamanya dilakukan dengan bekerja, entah sebagai karyawan, pedagang, atau pemberi jasa. Namun, apa yang kita lihat? Budaya ekonomi juga terkesan manipulatif. Tidak heran, ada orang yang sudah bergaji tinggi dengan berbagai fasilitas kelas satu, eh malah tertangkap tangan korupsi. Kita sendiri bingung, uangnya mau buat apa? Budaya ekonomi telah mengubah manusia menjadi serakah dan tidak pernah puas.
Dan yang ketiga atau yang terakhir, budaya agama. Pada dasarnya agama adalah bentuk dari cara manusia menanggapi sesuatu yang “lebih besar, lebih agung, dan lebih berkuasa” ketimbang dirinya. Orang beragama untuk bisa mengenali sosok tersebut sekaligus mengambil tuntunan hidup melalui ajaran-ajaran agama yang ada. Namun, sekali lagi budaya agama juga tidak jauh dari manipulasi. Tidak heran, ada begitu banyak keributan dan permusuhan yang disebabkan oleh agama. Bahkan ada yang menggunakan agama untuk memperkaya diri sendiri.
Dan yang paling menakutkan adalah, kita bisa dimanipulasi tanpa sadar. Kita anggap bahwa itu adalah kenyataan atau kebenarannya, padahal? Budaya korupsi untuk memperoleh sejumlah uang dan keuntungan, jabatan politis, atau bahkan yang membunuh dan mengebom kota atas nama agama yang diyakininya, nyatanya sudah memanipulasi orang-orang yang melakukannya. Mereka anggap itu normal-normal saja. Atau memang sudah seharusnya begitu…Ah, itulah seramnya manipulasi. Orang dimanipulasi tanpa sadar ia sudah dimanipulasi.
Budaya manipulatif yang telah merasuk dalam budaya kita inilah yang ingin di-lurus-kan oleh Allah melalui kedatangan Yesus. Itulah mengapa Ia datang bukan hanya menyelamatkan kita dari hukuman, melainkan untuk menciptakan standar yang baru. Tatanan kehidupan yang baru untuk “langit dan bumi yang baru.”
Pasti teman-teman pernah mendengar celotehan yang seperti ini, “Politik ya begini! Kotor. Kalau tidak mau berkotor-kotor, ya jangan berpolitik!” Atau, “Bisnis ya begini! Kotor, kelabui sana kelabui sini. Kalau mau jujur-jujur saja, ya jangan berbisnis!”
Ajaran Yesus adalah untuk menentang semua anggapan itu. Yesus menawarkan sebuah standar baku bahwa baik politik, ekonomi, dan agama bisa memberikan dampak yang baik: baik bagi pelakunya maupun bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Politik atau bisnis tidak selalu kotor dan mengelabui, keduanya pun bisa dilakukan dengan cara-cara yang bersih dan bebas manipulasi.
Ah, ajaran Yesus kan 2000 tahun yang lalu, mana berlaku sampai sekarang! Jawabannya salah. Ajaran Yesus sudah berlaku sejak Ia masih hidup. Itulah mengapa banyak orang yang memusuhi dan membencinya. Bahkan merencanakan untuk membunuh dan membinasakan Yesus. Tataran politik, ekonomi, dan agama sudah “digoyahkan” Yesus dengan standar-Nya yang luhur dan agung. Ia tidak boleh dibiarkan! Ia harus cepat-cepat dibinasakan.
Lebih dari itu, ajaran-ajaran Yesus pun masih berlaku sampai dengan hari ini. Teman-teman bisa lihat secara langsung. Saat Ahok ingin melakukan reformasi birokrasi? Orang-orang menganggapnya sebagai pemimpin yang kejam dan tidak beretika. Lihat saat Ahok ingin mengatur tata kota dengan memindahkan orang-orang yang tinggal di pinggir kali ke rusunami yang baik dan bersih lengkap dengan fasilitas yang “wah”, orang-orang malah menganggapnya sebagai tukang gusur, tukang gusur. Ia (Ahok) harus disingkirkan!
Standar inilah yang diperkenalkan Yesus melalui ajaran-Nya dan juga teladan-Nya. Hari ini, kita diajak untuk menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Baik sebagai pengusaha, karyawan, ibu rumah tangga, atau bahkan pelajar. Maukah kita belajar untuk menerapkannya?
Source : http://www.danielnugroho.com/life/khotbah-di-bukit-apa-tanggapan-yesus-terhadap-politik/
Post a Comment