KALAU HANYA SAYA SENDIRI YANG BERDOA, COCOKKAH DOA "BAPA KAMI"?
Pertanyaan : Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya berdoa “Bapa Kami”. “Kami” itu bentuk jamak sehingga cocok kalau doa itu dinaikan dalam suatu kelompok / perkumpulan. Pertanyaan saya adalah bagaimana kalau hanya saya yang mau berdoa, tidak ada orang lain lagi. Apakah masih cocok saya berdoa “Bapa Kami”? Apakah tidak lebih masuk akal diganti dengan doa “Bapaku” sehinggga doanya menjadi :
“Bapaku yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah aku pada hari ini makananku yang secukupnya dan ampunilah aku akan kesalahanku, seperti aku juga mengampuni orang yang bersalah kepadaku; dan janganlah membawa aku ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah aku dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.
Esra Soru Menjawab :
Ini pertanyaan yang menarik. Sesaat sebelum Yesus mengajarkan doa Bapa Kami ini kepada murid-murid-Nya, ia terlebih dahulu mengkritik cara berdoa orang Yahudi yang munafik yang suka berdiri di tikungan-tikungan jalan, Ia menasihati :
Mat 6:6 - Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Kata “kamar” di sini berasal dari kata bahasa Yunani “TAMIEION” yang berarti ruangan kecil berbentuk segi empat dan biasanya menunjuk pada kamar pribadi yang tidak boleh sembarangan dimasuki oleh orang lain. Perhatikan terjemahan berikut :
BBE - But when you make your prayer, go into your private room (ruangan pribadi), and, shutting the door, say a prayer to your Father in secret, and your Father, who sees in secret, will give you your reward.
Ini memberikan kesan bahwa dengan masuk ke dalam “TAMIEION” itu maka hanya tinggal si pendoa sendiri saja yang berurusan dengan Tuhan. Tidak ada orang lain di sana. Lihat terjemahan CEV.
CEV - When you pray, go into a room alone (masuklah ke sebuah ruangan sendirian)and close the door. Pray to your Father in private. He knows what is done in private, and he will reward you.
Kalau dalam “TAMIEION” itu hanya tinggal si pendoa yang berhadapan langsung dengan Tuhan / Bapa di surga maka logis kalau ia mulai menyapa Allah dengan sebutan “Bapakuyang di sorga”.
J.H. Sillevis Smith : Bagi kita berdoa adalah suatu pernyataan mengenai kepribadian kita secara suci. Sulit sekali untuk menyertakan orang lain di dalamnya. Kita akan dapat menyatakan bahwa doa itu adalah terutama soal perseorangan dibandingkan dengan sekumpulan soal manusia. Semakin hilang doa perseorangan itu, semakin hilang pula jiwa dan kekuatannya. Oleh karena itu kita ingin memulai doa kita dengan : “Bapaku” dan bukan “Bapa kami” (Doa Bapa Kami, hal. 17)
Anehnya, justru ketika Yesus mengajarkan doa ini kepada para murid, Ia tidak mengajarkan doa “Bapaku” tetapi “Bapa Kami” dan bahkan di sepanjang doa ini tidak satu kali pun kita jumpai kata “aku” atau “ku”.
Mat 6:9-13 – (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, (10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kamiakan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
William Barclay : Doa Bapa Kami tidak mengajar kita untuk berdoa “Bapaku” melainkan “Bapa kami”. Kalau kita perhatikan maka kita temukan satu hal yang penting yaitu bahwa di dalam Doa Bapa Kami itu tidak terdapat kata-kata “aku”, “padaku”, “bagiku” dan “untukku”. Memang benarlah kalau dikatakan bahwa Yesus datang ke dunia ini untuk menyingkirkan kata-kata itu dan menggantinya dengan kata-kata “kami”, “pada kami”, “bagi kami” dan “untuk kami”.
Mengapa Yesus mengajarkan hal ini? Apa maknanya bagi kita?
William Barclay : Allah bukanlah milik seseorang secara eksklusif. Ungkapan “Bapa kami” dengan jelas dan tegas menghilangkan egoisme dan kepentingan diri seorang pribadi.
J.H. Sillevis Smith : Tuhan bukan hak milik perseorangan. Tuhan adalah kepunyaan setiap orang. Ia bukan Tuhanku sendiri. Dan Ia bukan hanya Tuhan saudara. Ia Tuhan kita bersama. Ia bukan Bapa bangsa Yahudi. Ia bukan Bapa bangsa Yunani. Ia Bapa kita. Ia bukan dari timur dan bukan dari barat. Ia Tuhan dan Bapa kita bersama.
J.H. Sillevis Smith : Siapa yang sungguh-sungguh hendak belajar Doa Bapa Kami, ia harus rela meniadakan ke-’aku’-annya. Dalam Doa Bapa Kami ke-‘aku’-an kita dengan segala hak dan keinginannya, sudah disalibkan
Yesus ingin katakan bahwa dengan masuknya seseorang ke dalam “TAMIEION”, orang itu memang hanya sendirian dengan Tuhan tetapi itu berarti bahwa Tuhan hanya menjadi milik dari orang itu. Tuhan adalah Bapa bagi semua anak-anak-Nya. Karenanya walau seorang anak telah mengunci pintu kamarnya, ia tidak bisa mengunci Tuhan hanya untuk dirinya sendiri.
Inilah jawabannya! Saudara mungkin saja berdoa seorang diri, tetapi Tuhan tidak pernah menjadi Tuhannya saudara sendiri. Tuhan tidak pernah menjadi Bapa saudara sendiri. Dia Tuhan dan Bapa bagi semua orang percaya sehingga sekalipun hanya saudara sendiri yang berdoa pada satu waktu, Dia tetap adalah Bapa dari semua orang percaya. Karena itulah Ia secara benar dapat disapa sebagai “Bapa Kami” dalam setiap doa pribadi kita sekalipun. Maksud dari doa ini adalah untuk menyatakan bahwa Tuhan itu adalah milik bersama semua orang percaya. Kenyataan bahwa saya berdoa sendirian tidak membuang fakta bahwa Ia adalah Bapa bersama.
Nah, kalau Tuhan itu adalah milik bersama, Dia adalah Bapa Kami, maka janganlah kita datang kepada-Nya dalam doa dengan sifat egois kita. Semua egoisme kita harus dibuang dalam doa. Kita biasanya selalu ingin berdoa dan mengemukakan kepada Tuhan segala hal yang berkaitan dengan diri kita sendiri seperti kesehatanku, pekerjaanku, jabatanku, berkatku, makananku, pakaianku, rumahku, bisnisku, dll. Kadang memang kita menyebut orang lain dalam doa kita tetapi itu pun karena memang ada kaitan dengan diri kita sendiri seperti : isteriku, suamiku, pacarku, anakku, orang tuaku, dll. Jadi kita mendoakan mereka karena kalau tidak maka kita sendiri yang akan repot. Jadi pada dasarnya kita mendoakan diri sendiri, demi kebaikan sendiri. Semua ini membuktikan bahwa dalam doa pun kita seringkali bersikap egois. Kita memonopoli Allah dalam doa demi kepentingan kita sendiri.
Karena Allah itu bukan hanya Bapaku tetapi Bapa kami maka buanglah semua egoisme saudara dalam doa. Jangan memanfaatkan Allah hanya demi kepentingan saudara saja tetapi juga menyertakan orang lain dalam doa-doa saudara. Kadang penderitaan kita membuat kita merasa seolah-olah kita adalah manusia yang paling menderita di dalam dunia ini. Lalu kita mulai datang kepada Tuhan dengan segala pengeluhan kita dan kita lupa bahwa ada orang yang lebih menderita dari kita yang juga patut kita doakan.
Anonim : ‘Saat kasih membungkus rasa, saat perih membelai jiwa, kudatang sujud padaMu, memohon ampunan, tapi di depan jiwa ada tatapan pilu sesama yang rindu masuk haribaan dalam sujudku untuk membawa dirinya yang selama ini terlupakan’.
Pertanyaan adalah pernahkah anda berdoa untuk para sopir dan tukang ojek supaya dilindungi dari kecelakaan? Pernahkah anda berdoa untuk para guru agar mengajar murid-murid dengan baik ? Pernahkah anda berdoa untuk para dokter supaya bertugas dengan baik dan tidak melakukan mall praktek? Pernahkah anda berdoa untuk polisi, hakim dan pengacara supaya menangani kasus dengan baik dan adil? Pernahkah anda berdoa untuk orang-orang yang belum pernah mendengar Injil? Pernahkah anda berdoa para petani di sawah dan nelayan di laut? Pernahkah anda berdoa untuk para pelacur agar sadar dan bertobat ? Pernahkah anda berdoa untuk para bandar narkoba agar sadar dan bertobat dari pekerjaan mereka ? Pernahkah anda berdoa untuk para mahasiswa teologia yang sedang studi ? Pernahkah anda berdoa untuk para koster gereja? Berapa banyak anda membawa orang lain dalam doa anda ?
Jikalau orang-orang itu adalah orang percaya maka mereka juga adalah saudara dari satu Bapa yang membutuhkan doa-doa saudara. Karena itu jangan berdoa hanya untuk diri saudara sendiri saja. Itulah sesungguhnya tujuan dari doa Bapa Kami, terlepas dari anda berdoa dalam sebuah kelompok atau pun doa sendirian.
Pertanyaan : Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya berdoa “Bapa Kami”. “Kami” itu bentuk jamak sehingga cocok kalau doa itu dinaikan dalam suatu kelompok / perkumpulan. Pertanyaan saya adalah bagaimana kalau hanya saya yang mau berdoa, tidak ada orang lain lagi. Apakah masih cocok saya berdoa “Bapa Kami”? Apakah tidak lebih masuk akal diganti dengan doa “Bapaku” sehinggga doanya menjadi :
“Bapaku yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah aku pada hari ini makananku yang secukupnya dan ampunilah aku akan kesalahanku, seperti aku juga mengampuni orang yang bersalah kepadaku; dan janganlah membawa aku ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah aku dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.
Esra Soru Menjawab :
Ini pertanyaan yang menarik. Sesaat sebelum Yesus mengajarkan doa Bapa Kami ini kepada murid-murid-Nya, ia terlebih dahulu mengkritik cara berdoa orang Yahudi yang munafik yang suka berdiri di tikungan-tikungan jalan, Ia menasihati :
Mat 6:6 - Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Kata “kamar” di sini berasal dari kata bahasa Yunani “TAMIEION” yang berarti ruangan kecil berbentuk segi empat dan biasanya menunjuk pada kamar pribadi yang tidak boleh sembarangan dimasuki oleh orang lain. Perhatikan terjemahan berikut :
BBE - But when you make your prayer, go into your private room (ruangan pribadi), and, shutting the door, say a prayer to your Father in secret, and your Father, who sees in secret, will give you your reward.
Ini memberikan kesan bahwa dengan masuk ke dalam “TAMIEION” itu maka hanya tinggal si pendoa sendiri saja yang berurusan dengan Tuhan. Tidak ada orang lain di sana. Lihat terjemahan CEV.
CEV - When you pray, go into a room alone (masuklah ke sebuah ruangan sendirian)and close the door. Pray to your Father in private. He knows what is done in private, and he will reward you.
Kalau dalam “TAMIEION” itu hanya tinggal si pendoa yang berhadapan langsung dengan Tuhan / Bapa di surga maka logis kalau ia mulai menyapa Allah dengan sebutan “Bapakuyang di sorga”.
J.H. Sillevis Smith : Bagi kita berdoa adalah suatu pernyataan mengenai kepribadian kita secara suci. Sulit sekali untuk menyertakan orang lain di dalamnya. Kita akan dapat menyatakan bahwa doa itu adalah terutama soal perseorangan dibandingkan dengan sekumpulan soal manusia. Semakin hilang doa perseorangan itu, semakin hilang pula jiwa dan kekuatannya. Oleh karena itu kita ingin memulai doa kita dengan : “Bapaku” dan bukan “Bapa kami” (Doa Bapa Kami, hal. 17)
Anehnya, justru ketika Yesus mengajarkan doa ini kepada para murid, Ia tidak mengajarkan doa “Bapaku” tetapi “Bapa Kami” dan bahkan di sepanjang doa ini tidak satu kali pun kita jumpai kata “aku” atau “ku”.
Mat 6:9-13 – (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, (10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kamiakan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
William Barclay : Doa Bapa Kami tidak mengajar kita untuk berdoa “Bapaku” melainkan “Bapa kami”. Kalau kita perhatikan maka kita temukan satu hal yang penting yaitu bahwa di dalam Doa Bapa Kami itu tidak terdapat kata-kata “aku”, “padaku”, “bagiku” dan “untukku”. Memang benarlah kalau dikatakan bahwa Yesus datang ke dunia ini untuk menyingkirkan kata-kata itu dan menggantinya dengan kata-kata “kami”, “pada kami”, “bagi kami” dan “untuk kami”.
Mengapa Yesus mengajarkan hal ini? Apa maknanya bagi kita?
William Barclay : Allah bukanlah milik seseorang secara eksklusif. Ungkapan “Bapa kami” dengan jelas dan tegas menghilangkan egoisme dan kepentingan diri seorang pribadi.
J.H. Sillevis Smith : Tuhan bukan hak milik perseorangan. Tuhan adalah kepunyaan setiap orang. Ia bukan Tuhanku sendiri. Dan Ia bukan hanya Tuhan saudara. Ia Tuhan kita bersama. Ia bukan Bapa bangsa Yahudi. Ia bukan Bapa bangsa Yunani. Ia Bapa kita. Ia bukan dari timur dan bukan dari barat. Ia Tuhan dan Bapa kita bersama.
J.H. Sillevis Smith : Siapa yang sungguh-sungguh hendak belajar Doa Bapa Kami, ia harus rela meniadakan ke-’aku’-annya. Dalam Doa Bapa Kami ke-‘aku’-an kita dengan segala hak dan keinginannya, sudah disalibkan
Yesus ingin katakan bahwa dengan masuknya seseorang ke dalam “TAMIEION”, orang itu memang hanya sendirian dengan Tuhan tetapi itu berarti bahwa Tuhan hanya menjadi milik dari orang itu. Tuhan adalah Bapa bagi semua anak-anak-Nya. Karenanya walau seorang anak telah mengunci pintu kamarnya, ia tidak bisa mengunci Tuhan hanya untuk dirinya sendiri.
Inilah jawabannya! Saudara mungkin saja berdoa seorang diri, tetapi Tuhan tidak pernah menjadi Tuhannya saudara sendiri. Tuhan tidak pernah menjadi Bapa saudara sendiri. Dia Tuhan dan Bapa bagi semua orang percaya sehingga sekalipun hanya saudara sendiri yang berdoa pada satu waktu, Dia tetap adalah Bapa dari semua orang percaya. Karena itulah Ia secara benar dapat disapa sebagai “Bapa Kami” dalam setiap doa pribadi kita sekalipun. Maksud dari doa ini adalah untuk menyatakan bahwa Tuhan itu adalah milik bersama semua orang percaya. Kenyataan bahwa saya berdoa sendirian tidak membuang fakta bahwa Ia adalah Bapa bersama.
Nah, kalau Tuhan itu adalah milik bersama, Dia adalah Bapa Kami, maka janganlah kita datang kepada-Nya dalam doa dengan sifat egois kita. Semua egoisme kita harus dibuang dalam doa. Kita biasanya selalu ingin berdoa dan mengemukakan kepada Tuhan segala hal yang berkaitan dengan diri kita sendiri seperti kesehatanku, pekerjaanku, jabatanku, berkatku, makananku, pakaianku, rumahku, bisnisku, dll. Kadang memang kita menyebut orang lain dalam doa kita tetapi itu pun karena memang ada kaitan dengan diri kita sendiri seperti : isteriku, suamiku, pacarku, anakku, orang tuaku, dll. Jadi kita mendoakan mereka karena kalau tidak maka kita sendiri yang akan repot. Jadi pada dasarnya kita mendoakan diri sendiri, demi kebaikan sendiri. Semua ini membuktikan bahwa dalam doa pun kita seringkali bersikap egois. Kita memonopoli Allah dalam doa demi kepentingan kita sendiri.
Karena Allah itu bukan hanya Bapaku tetapi Bapa kami maka buanglah semua egoisme saudara dalam doa. Jangan memanfaatkan Allah hanya demi kepentingan saudara saja tetapi juga menyertakan orang lain dalam doa-doa saudara. Kadang penderitaan kita membuat kita merasa seolah-olah kita adalah manusia yang paling menderita di dalam dunia ini. Lalu kita mulai datang kepada Tuhan dengan segala pengeluhan kita dan kita lupa bahwa ada orang yang lebih menderita dari kita yang juga patut kita doakan.
Anonim : ‘Saat kasih membungkus rasa, saat perih membelai jiwa, kudatang sujud padaMu, memohon ampunan, tapi di depan jiwa ada tatapan pilu sesama yang rindu masuk haribaan dalam sujudku untuk membawa dirinya yang selama ini terlupakan’.
Pertanyaan adalah pernahkah anda berdoa untuk para sopir dan tukang ojek supaya dilindungi dari kecelakaan? Pernahkah anda berdoa untuk para guru agar mengajar murid-murid dengan baik ? Pernahkah anda berdoa untuk para dokter supaya bertugas dengan baik dan tidak melakukan mall praktek? Pernahkah anda berdoa untuk polisi, hakim dan pengacara supaya menangani kasus dengan baik dan adil? Pernahkah anda berdoa untuk orang-orang yang belum pernah mendengar Injil? Pernahkah anda berdoa para petani di sawah dan nelayan di laut? Pernahkah anda berdoa untuk para pelacur agar sadar dan bertobat ? Pernahkah anda berdoa untuk para bandar narkoba agar sadar dan bertobat dari pekerjaan mereka ? Pernahkah anda berdoa untuk para mahasiswa teologia yang sedang studi ? Pernahkah anda berdoa untuk para koster gereja? Berapa banyak anda membawa orang lain dalam doa anda ?
Jikalau orang-orang itu adalah orang percaya maka mereka juga adalah saudara dari satu Bapa yang membutuhkan doa-doa saudara. Karena itu jangan berdoa hanya untuk diri saudara sendiri saja. Itulah sesungguhnya tujuan dari doa Bapa Kami, terlepas dari anda berdoa dalam sebuah kelompok atau pun doa sendirian.
Post a Comment