Kemunduran Rohani Orang Kristen Batak

Kemunduran Rohani Orang 

Kristen Batak

Pembaharuan adat Batak agar sesuai dengan Injil ini digumuli dengan hati-hati oleh para pemberita Injil yang umumnya bukan orang Batak melainkan orang Barat (yaitu misionaris-misionaris dari Eropa). Semua tradisi yang berkaitan dengan agama suku Batak (kepercayaan sipelebegu) yang tidak sepadan dengan Injil Yesus Kristus, sesungguhnya harus ditinggalkan oleh orang Kristen Batak. Salah satu diantaranya adalah gondang yang menjadi bagian ritual agama suku Batak pada acara-acara adat dan berkaitan dengan sipelebegu. Gondang ini bukan sekedar seni musik Batak biasa, dan tidak sepadan dengan Injil sehingga harus ditinggalkan. Tidak hanya gondang, segala bentuk tradisi yang berkaitan dengan  penyembahan nenek moyang harus ditinggalkan. Orang Kristen Batak sudah seharusnya menyembah Tuhan Yesus saja. Jangan menyia-nyiakan hidup dan keyakinan kita untuk menyembah roh-roh yang bukan dari Tuhan.
Memang bukan perkara mudah jika kita harus memilih antara mengikut Tuhan sepenuh hati atau berkompromi mengenai tentang satu dua masalah, apalagi terkait masalah adat-istiadat yang begitu kental di Suku Batak. Namun, pada kenyataannya, sudah banyak yang berhasil melaluinya. Saya bersyukur di mana Ompung dari Papa dan Mama sudah mengenalkan kekristenan yang utuh kepada papa dan mama, hingga kini, saya (entah generasi ke berapa) bisa mengenal dan mengimani Kristus sepenuhnya. Memang tidak mudah, ada desakan dari saudara kandung atau kerabat, namun kalau kita menyerahkan semuanya kepada Tuhan, Ia akan selalu membukakan jalan.
Saya ingin mengambil sebuah kesimpulan: Kalau Orang-orang Kristen Batak angkatan pertama tidak kompromi dengan segala tradisi agama suku Batak yang tidak sepadan dengan Injil Kristus,  seharusnya angkatan berikutnya juga jangan lagi kompromi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan. Kita harus lebih sungguh-sungguh mengikut Tuhan dan belajar menjadi gambaran Kristus. Seharusnya orang Kristen Batak hidup semakin kudus, tidak boleh dicemari kembali oleh tradisi agama suku Batak yang sudah ditinggalkannya setelah menerima Injil Kristus.
Sayang, kenyataannya tidak demikian. Sejak permulaan tahun limapuluhan terjadi pembalikan arah kemajuan sebagaimana nyata dari maraknya pembangunan tugu-tugu dan patung-patung di daerah Tapanuli yang merupakan bentuk perwujudan dari peninggian/ pemujaan nenek moyang. Orang Kristen Batak mengalami kemunduran/ kekalahan menghadapi gerakan kebangkitan kembali tradisi agama suku Batak dengan berbagai bentuknya.

Kemunduran Rohani Orang Kristen Batak Jelas Terjadi

Kemunduran ini  antara lain disebabkan oleh:
  1. Munculnya pergolakan antar bangsa yang memaksa para pemimpin rohani yang berasal dari Eropa harus meninggalkan Tapanuli di tengah-tengah proses pendewasaan rohani orang Kristen Batak yang belum mantap.
  2. Munculnya ajaran teologi liberal di sekolah-sekolah tinggi teologi yang berdampak besar kepada para pemimpin gereja. Teologi liberal bersumber pada filsafat dan  tidak lagi mengakui adanya kebenaran absolut (kebenaran dapat dikompromikan dengan alasan-alasan tertentu yang logis). Kebenaran dianggap relatif, tidak ada yang mutlak benar dan tidak ada yang mutlak salah. Sipelebegu juga bisa benar tergantung dari mana melihatnya. Ajaran teologi liberal bahkan akhirnya sampai berani menggugat ketuhanan Yesus Kristus dan klaim-Nya yang bersifat mutlak. Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa teologi liberal pada dasarnya merupakan aliran sesat atau bidat yang tidak berani memakai nama sendiri. Banyak bidat dalam kekristenan berani memakai nama sendiri seperti Saksi Yehova, Christian Science, dan lainnya.
  3. Munculnya para pemimpin gereja yang tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Kitab Perjanjian Baru. Sebagian dari para pemimpin rohani yang sedikit banyak sudah terpengaruh teologi liberal tidak mempunyai integritas yang diperlukan untuk pendewasaan  iman orang Kristen Batak sehingga tidak dapat lagi diharapkan melanjutkan proses pendewasaan itu sampai tuntas. Bukti nyata dari hal ini terlihat jelas dalam “perseteruan para pendeta HKBP” tahun 1992-1998. Firman Tuhan mengatakan hamba Tuhan tidak boleh bertengkar (2Tim 2:24). Tidak dapat disalahkan kalau ada orang menilai keadaan ini sebagai kembalinya sifat orang Batak sipelebegu yang sering bermusuhan dan saling membunuh. Firman Tuhan berkata “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya”” (2 Ptr 2:22 TB).
Dalam keadaan rohani seperti itu, orang Kristen Batak berada di tengah situasi kemasyarakatan yang ingin kembali melestarikan budaya agama suku agar menarik turis domestik dan turis mancanegara berkunjung ke Tapanuli demi peningkatan perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini tentu saja merupakan tantangan yang terlalu besar bagi orang percaya yang belum diperlengkapi oleh para pemimpinnya. Mereka belum dewasa iman dan belum terlatih untuk membedakan apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Jangankan mereka, para pemimpinnya pun tidak. Tidak mungkin mengetahui apa yang menyukakan Tuhan kalau tidak mau menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Firman Tuhan berkata:
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm 12:1-2 TB)
Artinya? Saya dan Anda yang kini hidup dalam generasi baru Suku Batak, sudah selayaknya kembali kepada iman percaya kita kepada Yesus Kristus. Kita jangan lagi main-main dan hidup sembarangan, hidup asal hanya untuk menyenangkan diri sendiri, atau bahkan masih hidup dalam penyembahan roh-roh nenek moyang. Kita harus beryukur, Tuhan begitu baik menyelamatkan orang Batak sedari dahulu, yang membuat kita dapat mengecap kepandaian dan kesuksesan yang dirasakan hampir oleh seluruh orang Batak di Indonesia bahkan di dunia.

Bacaan Tambahan

  1. Syarat untuk menjadi imam, penatua dan diaken sangat jelas dalam Alkitab, lihat: 1Tim 3: 1-13 dan Tit 1:6-9.
  2. Pandangan Injil terhadap Upacara Adat Batak, http://judicalsophie.wordpress.com/2009/01/12/pandangan-injil-terhadap-upacara-adat-batak
  3. Buku “Adat dan injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak” oleh Lothar Schreiner
*Catatan:
Istilah “gondang” mencakup keseluruhan acara adat dengan menggunakan alat-alat musik Batak seperti taganing (gendang), ogung (gong), sarune (terompet) dll yang dimainkan sesuai pola tradisi yang sudah mapan dari agama suku Batak dan merupakan peninggian atau pemujaan nenek moyang. Ada orang Batak yang menyediakan makanan ditempat tertentu pada waktu pesta gondang yang dimaksudkan untuk leluhurnya yang sudah meninggal. “Margondang” dalam hal ini berarti melaksanakan acara adat Batak secara penuh dengan gondang.
http://www.danielnugroho.com/life/kemunduran-rohani-orang-kristen-batak/

No comments

Powered by Blogger.