YESUS BISA KELIRU MENILAI ORANG?
Tanggapan Terhadap Tulisan Dr. Eben Nuban Timo Ketua Sinode GMIT
Mezakh Wake
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 2 Agustus 2008, ada tulisan Dr. Eben Nuban Timo (Ketua Sinode GMIT) dengan judul �Yesus dan Orang Lain�. Tulisan ini sebenarnya adalah materi yang disampaikan beliau dalam acara Lokakarya Paradigma Inklusif yang entah dilaksanakan di mana saya juga tidak tahu.
Di bagian awal tulisannya, nampak bahwa Dr. Eben Nuban Timo juga mempercayai rumusan Kristologi ortodoks yang percaya bahwa Yesus Kristus memiliki dua tabiat, Allah dan manusia. Dr. Eben menulis : �Dogma klasik dalam gereja yang biasa dipakai sebagai acuan dalam refleksi Kristen tentang Yesus menegaskan tentang dua tabiat Yesus.
Ia adalah Allah sejati (vere deus) dan manusia sejati (vere homo). Keallahan dan kemanusiaan merupakan dua sisi dari kehidupan Yesus yang tidak terbagi dan juga tidak tercampur. Dua-duanya menyatu secara unik dalam Yesus sehingga yang satu tidak bisa dipahami terlepas dari yang lain�. Dr. Eben juga mengatakan : �Sebagai Allah sejati, Yesus adalah pribadi yang unik. Keunikannya terlihat dalam fakta bahwa Ia ada sejak semula bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah (Yoh. 1:1). Semua atribut yang biasa dikenakan kepada Allah berlaku juga untuk Yesus.
Ia tidak dapat kita persamakan dengan pribadi mana pun di dalam sejarah (Barth, 1949:53). Yesus adalah pribadi yang unik, sebuah novum, realitas yang baru di dalam dunia yang lama. Kolose 1:15 menggambarkan keutamaan Yesus itu sebagai berikut :"Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia". Selanjutnya : �Tetapi pada saat yang sama, dogmatik klasik menegaskan bahwa Yesus adalah manusia sejati. Ia yang adalah novum itu justru menjadi sama dengan semua manusia (Fil 2:7). KeserupaanNya dengan manusia bukan sebuah tindakan pro forma belaka, seperti yang dikisahkan dalam mitos-mitos kuno tentang ilah yang menyamar dalam wujud makhluk. Kemanusiaan Yesus itu adalah sebuah peristiwa yang bersifat utuh dan definitif. Ia ikut merasakan kelemahan-kelemahan kita, bahkan dicoba, dan mati seperti kita (Ibr 4:15). Konsili ekumenis kedua dari Gereja Kristen di Konstantinopel (381) menegaskan bahwa kesediaanNya untuk menjadi serupa dengan manusia adalah for us and our salvation�. Membaca apa yang ditulis Dr. Eben di atas ini nampak tidak ada yang aneh. Memang demikianlah rumusan Kristologi ortodoks kita.
Selanjutnya berdasarkan fakta kemanusiaan Kristus, Dr. Eben pun mulai membahas tema yang diberikan panitia Lokakarya Paradigma Inklusif �Yesus dan Orang Lain� dengan berkata : �Jadi kalau mau berbicara tentang Yesus sesungguhnya kita sedang berbicara juga tentang orang lain. Persoalan yang kita hadapi sekarang ialah siapakah orang lain itu? Bagaimana pandangan Yesus terhadap mereka? Serta bagaimana tanggapan mereka terhadap Yesus? Orang lain adalah rakyat�. Dr. Eben pun mulai menguraikan hubungan Yesus dan orang lain di sepanjang tulisannya dan saya pun menikmati tulisan ini.
Tapi tiba-tiba saya kaget membaca sebuah paragraf yang bagi saya sangat aneh. Paragfraf itu berbunyi demikian : �Yesus tidak hanya ada di antara okhlos untuk mengajar mereka. Yesus tidak datang kepada rakyat sebagai orang yang serba tahu. Ia bersifat terbuka kepada mereka, bahkan ia belajar juga dari mereka.
Dalam pertemuan dengan rakyat, Yesus siap membaharui, bahkan juga mengubah pendapat dan pandangannya yang semula keliru terhadap orang lain. Suatu kali Yesus bertemu dengan seorang perempuan yang agak berani. Yesus menyamakan perempuan itu dengan anjing yang tidak pantas diperhatikan sama dengan anak kandung. Setelah perempuan itu mengajukan dasar-dasar yang valid dari tuntutannya itu, Yesus segera mengubah pendapatNya (Ringe, 1998:63). Ia membenarkan perempuan itu (Mk. 7:24-30).
Yesus belajar sesuatu dari orang lain, dari rakyat. Dari kalimat di atas jelas bahwa menurut Dr. Eben, Yesus tidak serba tahu/maha tahu ! Lebih aneh lagi adalah bahwa Dr. Eben percaya bahwa Yesus bisa mempunyai pendapat atau pandangan yang keliru terhadap orang lain (perhatikan kalimat-kalimatnya yang saya garisbawahi di atas) dan Yesus belajar dari orang lain serta siap membaharui/mengubah pendapat atau pandangan-Nya yang keliru itu.
Sampai di sini saya langsung sadar bahwa ini bukanlah berita Alkitab. Ini hanyalah teori karangan Dr. Eben Nuban Timo saja. Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa Yesus bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan hati orang. Dalam Mat 9:4 dikatakan : �Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Demikian juga dengan Mat 12:25 : �Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan�. Luk 6:8 : �Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri.
Jikalau Yesus bisa mengetahui pikiran dan hati orang, lalu bagaimana Ia bisa salah/keliru menilai orang? Injil Matius ini ditulis oleh Matius yang adalah seorang murid Yesus. Lukas, yang walaupun bukan murid Yesus tapi mempunyai hubungan yang dekat dengan rasul-rasul. Maka lebih mungkin untuk percaya kata-kata mereka daripada kata-kata Pak Ketua Sinode.
Atau mungkin Dr. Eben menafsirkan 3 ayat di atas sebagai hal yang wajar yang bisa juga dimiliki setiap orang? Bukankah dalam hidup sehari-hari kita juga bisa mengetahui pikiran dan hati orang lain tanpa menjadikan kita pribadi yang tidak bisa keliru? Bukankah setelah mengamati data-data, pengalaman-pengalaman, gejala-gejala, dll membuat kita bisa berkesimpulan tentang pikiran dan hati orang lain? Itu mungkin saja tapi ingat masih ada ayat lain. Yoh 2:24-25 : �Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
Konteks ayat ini jelas terlihat melalui ayat 23 nya : �Sementara Yesus berada di Yerusalem pada waktu Perayaan Paskah, banyak orang percaya kepada-Nya karena keajaiban-keajaiban yang dibuat-Nya. Jadi ini masalah kepercayaan. Banyak orang percaya kepada Yesus tapi Yesus tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka. Ia mengenal mereka semua. Mengenal apanya? Iman atau kepercayaan mereka. Ia tahu bahwa mereka tidak sungguh-sungguh percaya/beriman kepada Nya.
Jadi soal iman/kepercayaan dalam hati saja Yesus bisa tahu kok, lalu bagaimana hanya dalam soal menilai orang, Yesus bisa keliru? Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes yang adalah murid Yesus sendiri. Silahkan anda pilih, mau percaya kepada Yohanes atau kepada Pak Ketua Sinode.
Lebih jauh dari itu, dalam hal pengetahuan Yesus, Yoh 6:64 mencatat : �Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia�. Bayangkan, sebelum Yudas menjual Yesus saja, Yesus sudah tahu terlebih dahulu bahwa Yudas akan menjual Dia. Di dalam Injil Mat 16:21 dikatakan : �Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga�. Waktu Yesus mengatakan kalimat di atas, Ia belum mengalaminya.
Lalu bagaimana Ia bisa tahu semuanya secara detail seperti itu bahkan kebangkitanNya? Berarti pengetahuan Yesus ini bukan hanya pengetahuan biasa tapi pengetahuan yang melampaui waktu. Kalau dalam kasus-kasus yang besar seperti itu Yesus bisa mengetahuinya dengan pasti dan benar lalu bagaimana hanya soal menilai orang Ia bisa keliru? Dalam Injil Yohanes pasal 4, Yesus berjumpa dengan seorang perempuan Samaria yang hidup dalam perzinahan.
Yesus belum pernah bertemu dengan perempuan itu sebelumnya tapi anehnya Yesus bisa mengatakan semua yang dilakukan perempuan itu secara tepat. Hingga akhirnya perempuan itu berseru kepada orang-orang sekampungnya : "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" (Yoh 4:29). Jadi Yesus mengetahui setiap detail dari jalan hidup orang. Lalu bagaimana hanya dalam soal menilai orang Ia bisa keliru? Mustahil!!!!
Lalu bagaimana dengan contoh yang diberikan Dr. Eben di atas bahwa Yesus salah menilai perempuan Kanaan itu dengan menyamakan ia dengan anjing? Perhatikan kembali kata-kata Dr. Eben : �Suatu kali Yesus bertemu dengan seorang perempuan yang agak berani. Yesus menyamakan perempuan itu dengan anjing yang tidak pantas diperhatikan sama dengan anak kandung. Setelah perempuan itu mengajukan dasar-dasar yang valid dari tuntutannya itu, Yesus segera mengubah pendapatNya (Ringe, 1998:63). Ia membenarkan perempuan itu (Mk. 7:24-30)�.
Saya heran mengapa Dr. Eben bisa menafsirkan ayat ini dan berkesimpulan bahwa Yesus keliru menilai perempuan itu? Saya kira orang awam seperti saya pun bisa mengerti bahwa Yesus mengatakan kalimat itu dalam rangka menguji perempuan itu, seberapa kuat ia dalam permohonannya kepada Yesus. Penafsiran semacam ini harus diambil dengan memperhatikan sejumlah ayat Alkitab yang sudah dikutip di atas.
Jika tafsiran yang diambil seperti yang disimpulkan Dr. Eben maka itu jelas menabrak semua ayat di atas. Yang mengherankan saya adalah bagaimana mungkin seorang doktor dalam bidang teologia bisa menafsirkan Alkitab secara bertentangan semacam itu? Saya kira yang menjadi masalahnya adalah Dr. Eben terjebak dalam apa yang oleh para pakar ilmu tafsir Alkitab disebut �eisegese� yakni memasukkan konsep pribadi ke dalam teks dan memaksa teks Alkitab untuk cocok dengan ide/asumsi awal. Ini sangat mungkin untuk memenuhi permintaan panitia Lokakarya Paradigma Inklusif yang memberikan judul �Yesus dan Orang Lain� kepada Dr. Eben yang menurut Dr. Eben sendiri : �Saya merasa agak aneh membaca judul ini�. Dan jelas itu adalah suatu cara penafsiran Alkitab yang keliru.
Dari semua data yang saya ungkapkan ini jelas bahwa Injil memberikan kesaksian yang sangat lain daripada apa yang dipahami Dr. Eben Nuban Timo. Atau dengan kata lain apa yang diajarkan Dr. Eben Nuban Timo bukanlah ajaran Alkitab melainkan teori yang sama sekali bertentangan dengan kesaksian Alkitab atau para murid Yesus. Bagi saya, lebih baik percaya kata-kata Petrus yang adalah murid Yesus :
"Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, �� (Yoh 21:17) daripada kata-kata Pak Ketua Sinode yang mengatakan Yesus bisa keliru.
Sementara saya merenungkan kata-kata Dr. Eben ini pikiran saya menerawang jauh. Jika Yesus memang bisa keliru menilai orang lain, tidak mungkinkah Ia juga salah menilai saya dan anda? Tidak mungkinkah Ia salah menilai Dr. Eben? Alkitab berkata bahwa pada akhir zaman nanti Ia yang akan menghakimi semua manusia.
Dan jelas penghakiman pada akhir zaman itu jauh lebih sulit daripada menilai orang. Mengapa? Karena yang dihakimi adalah manusia yang sangat banyak sejak dari awal dunia hingga akhir dunia ini di samping adanya begitu banyak faktor yang harus dipertim�bangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa seperti banyaknya dosa, tingkatan dosa, dilakukan sengaja atau tidak, pengaruh yang ditimbulkan, dll. Begitu juga pada saat Ia mau memberikan pahala kepada manusia.
Tentu Ia harus mempertimbangkan banyaknya perbuatan baik yang dilakukan, jenis perbuatan baiknya, besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik, motivasinya, dll. Nah, jika Yesus bisa keliru dalam menilai orang tentu sangat mungkin baginya untuk keliru dalam penghakiman terakhir. Dan kalau demikian maka bahaya besar bisa terjadi. Jangan-jangan yang harus masuk neraka Ia masukkan ke surga dan yang harusnya masuk surga Ia masukkan ke neraka. Bahkan tidak ada jaminan Ia akan memasukkan Dr. Eben ke tempat yang seharusnya.
Tetapi mungkinkah semua itu terjadi? Jelas tidak mungkin ! Dari semua yang saya ungkapkan dan ayat-ayat Kitab Suci yang mendukungnya (kesaksian para rasul/murid Yesus) jelas bahwa YESUS TIDAK MUNGKIN KELIRU MENILAI ORANG LAIN. Kalau Yesus tidak mungkin keliru menilai orang lalu bagaimana ? Siapa yang keliru ? DR. EBEN NUBAN TIMO LAH YANG KELIRU MENILAI YESUS !!!
Mezakh Wake
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 2 Agustus 2008, ada tulisan Dr. Eben Nuban Timo (Ketua Sinode GMIT) dengan judul �Yesus dan Orang Lain�. Tulisan ini sebenarnya adalah materi yang disampaikan beliau dalam acara Lokakarya Paradigma Inklusif yang entah dilaksanakan di mana saya juga tidak tahu.
Di bagian awal tulisannya, nampak bahwa Dr. Eben Nuban Timo juga mempercayai rumusan Kristologi ortodoks yang percaya bahwa Yesus Kristus memiliki dua tabiat, Allah dan manusia. Dr. Eben menulis : �Dogma klasik dalam gereja yang biasa dipakai sebagai acuan dalam refleksi Kristen tentang Yesus menegaskan tentang dua tabiat Yesus.
Ia adalah Allah sejati (vere deus) dan manusia sejati (vere homo). Keallahan dan kemanusiaan merupakan dua sisi dari kehidupan Yesus yang tidak terbagi dan juga tidak tercampur. Dua-duanya menyatu secara unik dalam Yesus sehingga yang satu tidak bisa dipahami terlepas dari yang lain�. Dr. Eben juga mengatakan : �Sebagai Allah sejati, Yesus adalah pribadi yang unik. Keunikannya terlihat dalam fakta bahwa Ia ada sejak semula bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah (Yoh. 1:1). Semua atribut yang biasa dikenakan kepada Allah berlaku juga untuk Yesus.
Ia tidak dapat kita persamakan dengan pribadi mana pun di dalam sejarah (Barth, 1949:53). Yesus adalah pribadi yang unik, sebuah novum, realitas yang baru di dalam dunia yang lama. Kolose 1:15 menggambarkan keutamaan Yesus itu sebagai berikut :"Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia". Selanjutnya : �Tetapi pada saat yang sama, dogmatik klasik menegaskan bahwa Yesus adalah manusia sejati. Ia yang adalah novum itu justru menjadi sama dengan semua manusia (Fil 2:7). KeserupaanNya dengan manusia bukan sebuah tindakan pro forma belaka, seperti yang dikisahkan dalam mitos-mitos kuno tentang ilah yang menyamar dalam wujud makhluk. Kemanusiaan Yesus itu adalah sebuah peristiwa yang bersifat utuh dan definitif. Ia ikut merasakan kelemahan-kelemahan kita, bahkan dicoba, dan mati seperti kita (Ibr 4:15). Konsili ekumenis kedua dari Gereja Kristen di Konstantinopel (381) menegaskan bahwa kesediaanNya untuk menjadi serupa dengan manusia adalah for us and our salvation�. Membaca apa yang ditulis Dr. Eben di atas ini nampak tidak ada yang aneh. Memang demikianlah rumusan Kristologi ortodoks kita.
Selanjutnya berdasarkan fakta kemanusiaan Kristus, Dr. Eben pun mulai membahas tema yang diberikan panitia Lokakarya Paradigma Inklusif �Yesus dan Orang Lain� dengan berkata : �Jadi kalau mau berbicara tentang Yesus sesungguhnya kita sedang berbicara juga tentang orang lain. Persoalan yang kita hadapi sekarang ialah siapakah orang lain itu? Bagaimana pandangan Yesus terhadap mereka? Serta bagaimana tanggapan mereka terhadap Yesus? Orang lain adalah rakyat�. Dr. Eben pun mulai menguraikan hubungan Yesus dan orang lain di sepanjang tulisannya dan saya pun menikmati tulisan ini.
Tapi tiba-tiba saya kaget membaca sebuah paragraf yang bagi saya sangat aneh. Paragfraf itu berbunyi demikian : �Yesus tidak hanya ada di antara okhlos untuk mengajar mereka. Yesus tidak datang kepada rakyat sebagai orang yang serba tahu. Ia bersifat terbuka kepada mereka, bahkan ia belajar juga dari mereka.
Dalam pertemuan dengan rakyat, Yesus siap membaharui, bahkan juga mengubah pendapat dan pandangannya yang semula keliru terhadap orang lain. Suatu kali Yesus bertemu dengan seorang perempuan yang agak berani. Yesus menyamakan perempuan itu dengan anjing yang tidak pantas diperhatikan sama dengan anak kandung. Setelah perempuan itu mengajukan dasar-dasar yang valid dari tuntutannya itu, Yesus segera mengubah pendapatNya (Ringe, 1998:63). Ia membenarkan perempuan itu (Mk. 7:24-30).
Yesus belajar sesuatu dari orang lain, dari rakyat. Dari kalimat di atas jelas bahwa menurut Dr. Eben, Yesus tidak serba tahu/maha tahu ! Lebih aneh lagi adalah bahwa Dr. Eben percaya bahwa Yesus bisa mempunyai pendapat atau pandangan yang keliru terhadap orang lain (perhatikan kalimat-kalimatnya yang saya garisbawahi di atas) dan Yesus belajar dari orang lain serta siap membaharui/mengubah pendapat atau pandangan-Nya yang keliru itu.
Sampai di sini saya langsung sadar bahwa ini bukanlah berita Alkitab. Ini hanyalah teori karangan Dr. Eben Nuban Timo saja. Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa Yesus bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan hati orang. Dalam Mat 9:4 dikatakan : �Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Demikian juga dengan Mat 12:25 : �Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan�. Luk 6:8 : �Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri.
Jikalau Yesus bisa mengetahui pikiran dan hati orang, lalu bagaimana Ia bisa salah/keliru menilai orang? Injil Matius ini ditulis oleh Matius yang adalah seorang murid Yesus. Lukas, yang walaupun bukan murid Yesus tapi mempunyai hubungan yang dekat dengan rasul-rasul. Maka lebih mungkin untuk percaya kata-kata mereka daripada kata-kata Pak Ketua Sinode.
Atau mungkin Dr. Eben menafsirkan 3 ayat di atas sebagai hal yang wajar yang bisa juga dimiliki setiap orang? Bukankah dalam hidup sehari-hari kita juga bisa mengetahui pikiran dan hati orang lain tanpa menjadikan kita pribadi yang tidak bisa keliru? Bukankah setelah mengamati data-data, pengalaman-pengalaman, gejala-gejala, dll membuat kita bisa berkesimpulan tentang pikiran dan hati orang lain? Itu mungkin saja tapi ingat masih ada ayat lain. Yoh 2:24-25 : �Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
Konteks ayat ini jelas terlihat melalui ayat 23 nya : �Sementara Yesus berada di Yerusalem pada waktu Perayaan Paskah, banyak orang percaya kepada-Nya karena keajaiban-keajaiban yang dibuat-Nya. Jadi ini masalah kepercayaan. Banyak orang percaya kepada Yesus tapi Yesus tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka. Ia mengenal mereka semua. Mengenal apanya? Iman atau kepercayaan mereka. Ia tahu bahwa mereka tidak sungguh-sungguh percaya/beriman kepada Nya.
Jadi soal iman/kepercayaan dalam hati saja Yesus bisa tahu kok, lalu bagaimana hanya dalam soal menilai orang, Yesus bisa keliru? Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes yang adalah murid Yesus sendiri. Silahkan anda pilih, mau percaya kepada Yohanes atau kepada Pak Ketua Sinode.
Lebih jauh dari itu, dalam hal pengetahuan Yesus, Yoh 6:64 mencatat : �Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia�. Bayangkan, sebelum Yudas menjual Yesus saja, Yesus sudah tahu terlebih dahulu bahwa Yudas akan menjual Dia. Di dalam Injil Mat 16:21 dikatakan : �Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga�. Waktu Yesus mengatakan kalimat di atas, Ia belum mengalaminya.
Lalu bagaimana Ia bisa tahu semuanya secara detail seperti itu bahkan kebangkitanNya? Berarti pengetahuan Yesus ini bukan hanya pengetahuan biasa tapi pengetahuan yang melampaui waktu. Kalau dalam kasus-kasus yang besar seperti itu Yesus bisa mengetahuinya dengan pasti dan benar lalu bagaimana hanya soal menilai orang Ia bisa keliru? Dalam Injil Yohanes pasal 4, Yesus berjumpa dengan seorang perempuan Samaria yang hidup dalam perzinahan.
Yesus belum pernah bertemu dengan perempuan itu sebelumnya tapi anehnya Yesus bisa mengatakan semua yang dilakukan perempuan itu secara tepat. Hingga akhirnya perempuan itu berseru kepada orang-orang sekampungnya : "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" (Yoh 4:29). Jadi Yesus mengetahui setiap detail dari jalan hidup orang. Lalu bagaimana hanya dalam soal menilai orang Ia bisa keliru? Mustahil!!!!
Lalu bagaimana dengan contoh yang diberikan Dr. Eben di atas bahwa Yesus salah menilai perempuan Kanaan itu dengan menyamakan ia dengan anjing? Perhatikan kembali kata-kata Dr. Eben : �Suatu kali Yesus bertemu dengan seorang perempuan yang agak berani. Yesus menyamakan perempuan itu dengan anjing yang tidak pantas diperhatikan sama dengan anak kandung. Setelah perempuan itu mengajukan dasar-dasar yang valid dari tuntutannya itu, Yesus segera mengubah pendapatNya (Ringe, 1998:63). Ia membenarkan perempuan itu (Mk. 7:24-30)�.
Saya heran mengapa Dr. Eben bisa menafsirkan ayat ini dan berkesimpulan bahwa Yesus keliru menilai perempuan itu? Saya kira orang awam seperti saya pun bisa mengerti bahwa Yesus mengatakan kalimat itu dalam rangka menguji perempuan itu, seberapa kuat ia dalam permohonannya kepada Yesus. Penafsiran semacam ini harus diambil dengan memperhatikan sejumlah ayat Alkitab yang sudah dikutip di atas.
Jika tafsiran yang diambil seperti yang disimpulkan Dr. Eben maka itu jelas menabrak semua ayat di atas. Yang mengherankan saya adalah bagaimana mungkin seorang doktor dalam bidang teologia bisa menafsirkan Alkitab secara bertentangan semacam itu? Saya kira yang menjadi masalahnya adalah Dr. Eben terjebak dalam apa yang oleh para pakar ilmu tafsir Alkitab disebut �eisegese� yakni memasukkan konsep pribadi ke dalam teks dan memaksa teks Alkitab untuk cocok dengan ide/asumsi awal. Ini sangat mungkin untuk memenuhi permintaan panitia Lokakarya Paradigma Inklusif yang memberikan judul �Yesus dan Orang Lain� kepada Dr. Eben yang menurut Dr. Eben sendiri : �Saya merasa agak aneh membaca judul ini�. Dan jelas itu adalah suatu cara penafsiran Alkitab yang keliru.
Dari semua data yang saya ungkapkan ini jelas bahwa Injil memberikan kesaksian yang sangat lain daripada apa yang dipahami Dr. Eben Nuban Timo. Atau dengan kata lain apa yang diajarkan Dr. Eben Nuban Timo bukanlah ajaran Alkitab melainkan teori yang sama sekali bertentangan dengan kesaksian Alkitab atau para murid Yesus. Bagi saya, lebih baik percaya kata-kata Petrus yang adalah murid Yesus :
"Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, �� (Yoh 21:17) daripada kata-kata Pak Ketua Sinode yang mengatakan Yesus bisa keliru.
Sementara saya merenungkan kata-kata Dr. Eben ini pikiran saya menerawang jauh. Jika Yesus memang bisa keliru menilai orang lain, tidak mungkinkah Ia juga salah menilai saya dan anda? Tidak mungkinkah Ia salah menilai Dr. Eben? Alkitab berkata bahwa pada akhir zaman nanti Ia yang akan menghakimi semua manusia.
Dan jelas penghakiman pada akhir zaman itu jauh lebih sulit daripada menilai orang. Mengapa? Karena yang dihakimi adalah manusia yang sangat banyak sejak dari awal dunia hingga akhir dunia ini di samping adanya begitu banyak faktor yang harus dipertim�bangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa seperti banyaknya dosa, tingkatan dosa, dilakukan sengaja atau tidak, pengaruh yang ditimbulkan, dll. Begitu juga pada saat Ia mau memberikan pahala kepada manusia.
Tentu Ia harus mempertimbangkan banyaknya perbuatan baik yang dilakukan, jenis perbuatan baiknya, besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik, motivasinya, dll. Nah, jika Yesus bisa keliru dalam menilai orang tentu sangat mungkin baginya untuk keliru dalam penghakiman terakhir. Dan kalau demikian maka bahaya besar bisa terjadi. Jangan-jangan yang harus masuk neraka Ia masukkan ke surga dan yang harusnya masuk surga Ia masukkan ke neraka. Bahkan tidak ada jaminan Ia akan memasukkan Dr. Eben ke tempat yang seharusnya.
Tetapi mungkinkah semua itu terjadi? Jelas tidak mungkin ! Dari semua yang saya ungkapkan dan ayat-ayat Kitab Suci yang mendukungnya (kesaksian para rasul/murid Yesus) jelas bahwa YESUS TIDAK MUNGKIN KELIRU MENILAI ORANG LAIN. Kalau Yesus tidak mungkin keliru menilai orang lalu bagaimana ? Siapa yang keliru ? DR. EBEN NUBAN TIMO LAH YANG KELIRU MENILAI YESUS !!!
Post a Comment