APAKAH TUHAN YESUS = ALLAH SEJATI? (2-Habis)
Tanggapan Balik Untuk Tulisan Esra Alfred Soru
Frans Donald
Tulisan-tulisan Esra Alfred Soru tgl 13-17 Nop.2006, yang mencoba membahas mengupas ayat demi ayat dengan bahasa dan pemahaman Yunani, seolah dianggap membuktikan kebenaran dan menguatkan doktrin Trinitas. Tetapi sebenarnya kalau pembaca jujur teliti dan mencermati tulisan Esra tersebut, maka justru argumen-argumennya tampak lemah, terlalu dipaksakan, sangat tidak sesuai kontekstual Yahudi, sarat filsafat Yunani dan bertele-tele, bisa membingungkan pembaca. Saya tidak akan menanggapi semua teori Esra melalui tulisan karena jika kembali membahas ayat-ayat itu lagi hanya akan menjadi debat kusir saja karena Esra memakai pikiran Yunani, sedangkan saya memakai pikiran Monotheis Yahudi, tetapi sebagaimana saya sudah sampaikan, bahwa harapan saya, semoga secepatnya antara saya dan Esra bisa 'temu darat' untuk adu argumen di depan masyarakat dan wartawan. Esra silahkan pertahankan kebenaran Trinitasnya, dan saya dan tim saya akan membongkar Trinitas. Pemahaman dan teori siapa yang benar tentu akan terbukti nantinya. Mungkin saya yang salah dan Esra yang benar, atau sebaliknya.
Salah satu argumen yang sangat 'konyol' dan dipaksakan oleh Esra adalah teologi filsafat Yunaninya yang menyatakan bahwa Yesus memiliki 2 hakikat: manusia dan ilahi, Yesus adalah Allah-Manusia, Ia adalah Allah yang sejati sekaligus manusia sejati, Ia adalah Allah yang sempurna sekaligus manusia yang sempurna, kalau pikiran ilahi yang timbul, Ia berkata-kata sebagai Allah, kalau pikiran manusianya yang timbul, Ia berkata-kata sebagai manusia. Kalau pikiran ilahinya timbul, Ia menjadi Allah yang Maha Tahu, kalau pikiran manusianya timbul, Ia menjadi tidak maha tahu. Wah! menurut saya, dogma dan filsafat ajaran Pdt. Esra sangat membingungkan umat! Jika Yesus adalah pribadi yang seperti dia teorikan, maka Yesus jadi seperti bermain sandiwara kalau dalam konsep 'Allah tetapi sekaligus manusia' seperti pendapat Esra tersebut. Manusianya tidak maha tahu, tetapi keAllahannya maha tahu, jadi sebenarnya Yesus itu maha tahu apa tidak, pak Esra? Manusianya bisa lapar, tapi keAllahannya tidak, jadi sebenarnya Yesus lapar atau tidak ketika dicobai di padang gurun (Matius 4:2)? Manusia Yesus mengalami rasa ketakutan, tapi keAllahannya tidak bisa takut, jadi sebenarnya Yesus takut atau tidak ketika bergumul di Taman Getsemani (Matius 26:37)? Kondisi 'Yesus manusia' sekaligus 'Yesus Allah sejati' ini adalah argumen seorang pendeta yang jelas sangat berbeda sekali dengan pernyataan para rasul. Paulus menyatakan kondisi manusia Yesus Kristus adalah sama seperti kita, sepenuhnya darah dan daging (Ibrani 2:14). Jadi Yesus adalah Imam Besar yang turut merasakan pencobaan kita dengan cara yang sama (Ibrani 4:15).Yesus adalah sepenuhnya manusia, dan bukan Allah karena Allah tidak dapat dicobai (Yakobus 1:13). Kitab suci juga bersaksi bahwa kita manusia akan bisa menjadi SAMA SEPERTI YESUS (1 Yohanes 3:2) berarti jelas Yesus bukan Allah sejati, karena jika Yesus Allah sejati maka tidak mungkin kita manusia bisa jadi sama seperti Yesus, bukan? Saya sangat mengimani kata-kata Yesus bahwa saya (manusia) bisa jadi seperti Yesus! melakukan pekerjaan Yesus, bahkan dapat melakukan pekerjaan yang lebih besar daripada Yesus (Yohanes 14:12). Tapi jika menurut Esra: Yesus itu Allah sejati, apakah Esra punya iman untuk jadi seperti Allah??? bukankah impian menjadi seperti Allah adalah impian Lucifer (Yesaya 14:13-14) ?
Dalam tulisan kali ini, saya rasa tidak perlu banyak bicara soal Trinitas, karena toh Esra dalam tulisannya sudah mengklaim dan menganggap saya (Frans Donald) sebagai : �tidak paham bahasa Yunani, ...Frans Donald telah membuat kesimpulan yang keliru, ..Frans Donald sama sekali tidak memahami alias buta terhadap konsep Trinitas / Tritunggal Kristen, ..teori Frans Donald hanya omong kosong saja tanpa memahami Alkitab secara mendalam. Begitulah pernyataan-pernyataan Esra terhadap saya, jadi kalau memang pemahaman saya dianggap omong kosong saya harap secepatnya kita bisa berjumpa dalam dialog terbuka untuk membuktikan di depan masyarakat umum apakah pendapat-pendapat saya hanya omong kosong belaka, atau Pdt. Esra lah yang justru telah berupaya menjelaskan Trinitas dengan teori-teori filsafat Yunani yang sebenarnya kosong dan palsu? - seperti kata Rasul Paulus di Kolose 2:8. Bagi saya cukup jelas, sejarah tidak bisa disangkal lagi, Trinitas yang menyatakan Yesus sebagai Allah sejati adalah berasal dari alam pikir filsafat Yunani. Filsafat Yunani memang sangat sesuai untuk kebudayaan debat (Apologet) dan adu filosofi karena memiliki multi tafsir dalam pemaknaannya. Dengan filsafat Yunani, hitam bisa dibilang putih, putih bisa dibilang hitam. Tiga bisa dibilang satu, satu dibilang tiga. Sangat berbeda dengan konsep Yahudi, tiga ya tiga, satu ya satu. Nah, masalahnya apakah kita harus berkiblat ke tradisi pikir Yunani yang melahirkan ajaran Trinitas dan menjadikan Yesus sebagai Allah sejati hasil rumusan konsili-konsili tahun 325 dan 381 M yang sangat sarat kepentingan politik, atau, berkiblat kepada Monoteisme Yahudi sebagai bangsa keturunan Yakub yang beriman kepada Allah yang Esa yaitu Yahweh ? Alkitab jelas berkonsep Yahudi bukan Yunani !
Hukum utama yang orang Yahudi pahami dan itu dibenarkan adalah : "Dengarlah hai orang Israel , YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa" (Ulangan 6:4; Markus 12:29). Kata esa, echad, tidak dapat diartikan kesatuan kolektif, melainkan satu numerik. Satu tunggal, satu-satunya. "Echad muncul dalam penerjemahan sebagai angka satu, satu-satunya, sendirian, tidak terbagi" (Theological Dictionary of The Old Testament, Grand Rapids : Eerdmands, 1974:194). Leksikon yang ditulis oleh Koehler dan Baumgartner juga memberikan arti mendasar dari echad sebagai satu tunggal (Hebrew And Aramic Lexicon of The Old Testament, Leiden 1967). Kata Allah, elohim, bukanlah berarti bahwa Allah adalah plural (lebih dari satu). Elohim merupakan bentuk majestic plural, yaitu karena kebesaran suatu konsep digunakan bentuk plural tetapi tetap maknanya tunggal. Gesenius Hebrew Grammar oleh Kautzsch (Oxford Clarendon Press, 1910:398, 399) menuliskan tentang kata elohim: "Majestic plural (bentuk plural yang agung) merangkum beberapa karakteristik dibalik sebuah ide. tetapi bahasa Yahudi menolak ide pluralitas secara numerik dalam kata elohim (kapan saja kata itu dilekatkan kepada Allah yang satu-satunya). Hal itu dapat dibuktikan terutama dari hampir selalu dilekatkan bentuk atribut singular (tunggal)". Salah satu kata lain yang berbentuk plural tetapi bermakna tunggal adalah "Panim" (wajah). Akhiran -im dalam Panim memang menjadikannya berbentuk plural tetapi kita tahu maknanya tunggal.
Kalau kita mau memperhatikan seperti apa alam pikir yang ada pada jaman Yesus dan pada waktu gereja mula-mula dibentuk (sering disebut Kristen purba), maka kita dapat memahami alam pikir Yahudi yang ada adalah alam pikir yang monoteis konkret, yang berbeda dari konsep alegoris Yunani yang sesudahnya. Monoteis konkret menyatakan Allah yang esa (satu) adalah satu. Tetapi alegoris Yunani dapat menerima konsep satu yang jamak. "Yudaisme, lingkungan di dalam mana orang-orang kristen purba hidup dan berasal, senantiasa merupakan agama monoteisme yang kuat. Dari Yudaisme inilah kekristenan mewarisi monoteisme" (Lohse, 1994:47). Jelas kekristenan mula-mula adalah monoteisme, bukan Trinitas. Kekristenan awal kitab sucinya adalah Perjanjian Lama (Perjanjian Baru belum ditulis). Apakah Perjanjian Lama memberikan identifikasi adanya konsep ketritunggalan Allah yang dipercayai oleh kekristenan alam pikir Yunani yang berkuasa sampai saat ini? "Perjanjian Lama tegas monoteistik. Allah adalah pribadi tunggal. Tidak ada perpecahan antara tulisan dalam Perjanjian Lama dengan yang ada di Perjanjian Baru. Tradisi monoteistik terus berlanjut. Yesus adalah orang Yahudi, dididik dalam keluarga Yahudi yang membaca Perjanjian Lama. Ajarannya secara mendasar adalah Yahudi; Benar dia menyampaikan pekabaran Injil yang baru tetapi bukan teologia (keAllahan) yang baru" (LL Paine, a Critical History of the Evolution of Trinitarianism, 1902:4)."Tidak ada indikasi dalam Perjanijian Lama tentang pemisahan keAllahan. Ini merupakan salah tempat untuk menemukan doktrin Inkarnasi Allah atau tentang hal-hal trinitas dalam halaman-halamannya" (Encyclopedia of Religion and Ethics, Clark, 1913, jilid 6:254). "Kaum teolog hari ini telah setuju bahwa Kitab-kitab orang Ibrani tidak berisikan dokrtin Trinitas" (The Encyclopedia of Religion, Eliade, 1987, 15:54). Bahkan Katolik sebagai 'pencipta' Trinitas sendiri mengakui bahwa "Doktrin trinitas tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama" (New catholic Encyclopedia, Pub. Guild, 1967:306). Jadi jika kita mendengar kredo iman orang Yahudi : "Dengarlah hai orang Israel, YHWH Allah kita, YHWH itu esa" (Ulangan 6:4), maka pastilah esa itu satu tunggal, bukan Trinitas / Tritunggal!
Dalam tulisannya, Esra mengatakan bahwa Yesus = Yahweh (Allah sejati), padahal sejarah-sejarah telah membuktikan bahwa Yesus baru dijadikan sebagai Allah sejati oleh Doktrin Tritunggal / Trinitas hasil konsili-konsili yang penuh muatan politik jauh ratusan tahun setelah Yesus terangkat ke sorga. "Jika Yesus telah dianggap Allah sejak abad I mengapa sangat lama gereja baru dapat menyatakan secara formal bahwa keAllahan terdiri dari 2 pribadi, dan kemudian 3 pribadi - dan semuanya itu terjadi dalam tekanan politik yang hebat" (Sir Anthonny Buzzard, The Doctrine of Trinity). Menurut Thomas Jefferson (Presiden Ke-3 Amerika Serikat dan penggagas Deklarasi Kemerdekaan) : "Trinitas adalah proposisi (gagasan) yang tidak dapat dipahami dari konsep mistik platonis bahwa satu itu tiga dan tiga itu satu. Nyatanya, satu bukan tiga dan tiga bukan satu. Saya tidak pernah benar-benar dapat memahani Trinitas, dan jelas bagi saya bahwa pemahaman harus mendahului keputusan untuk percaya". (The Religius Life of Thomas Jefferson, CB Sanford, Virginia, 1987:88). Seorang Profesor pakar dan guru besar teologi, Thomas Mc Elwain dalam bukunya Bacalah Bible, dan juga teolog dan sejarahwan Richard Rubenstein dengan bukunya Kala Yesus jadi Tuhan , yang bisa para pembaca dapatkan di Gramedia, juga cukup bagus membongkar kekeliruan dan sejarah kelam Trinitas.
Hal menarik terakhir yang perlu saya komentari juga adalah peryataan Esra yang mengklaim saya keliru kalau menyebut Yesus prainkarnasi sebagai malaikat. Esra menulis : " �pandangan Frans Donald bahwa Yesus sebelum menjadi manusia adalah malaikat adalah pandangan yang salah dan hanya menunjukan betapa dangkalnya pemahamannya terhadap Alkitab". Benarkah saya salah jika menganggap Yesus sebelum turun ke dunia sebagai malaikat? Dalam hal ini tegas saya katakan, tidak ! Justru Pdt. Esra Alfred Soru lah yang salah! Saya mengatakan 'Yesus itu malaikat' bukan tanpa dasar atau asal bicara, mari saya buktikan : salah satu nubuat tentang kedatangan Yesus dalam Yesaya 63 : 8b - 9a versi Alkitab KJV tertulis "So He (God) become their Savior in all their afliction he was afflicted. And the Angel of His presence saved them, in His love and His pity He redeemed them". Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : "maka Ia (Allah) menjadi juruselamat mereka dalam kesesakan mereka. Dan Malaikat yang di hadirat-Nya menyelamatkan mereka, dalam kasih-Nya�". Perhatikan frase ayat "Malaikat di hadirat-Nya" ternyata oleh LAI telah dengan sangat sembrono berani diubah menjadi "bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia (Allah) sendiri", terjemahan ini jelas mengandung makna bahwa yang menjadi manusia adalah Allah sendiri bukan utusan, padahal ayat aslinya tidak seperti itu! Hal ini bisa dibuktikan dengan menyelidik ayat tersebut pada Alkitab LAI terbitan 1958-68 yang tertulis: "�Malakalhadliratnya [malaikat di hadirat Allah] memelihara mereka �" Bunyi ayat itu jelas beda dengan Yesaya 63:8b-9a di Alkitab LAI terbitan baru yang sudah dirubah menjadi " ..Bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia sendiri".
Nah, mana yang saudara-saudari pembaca percayai? Mahluk yang turun ke dunia menjadi sosok Yesus apakah Allah sendiri (bukan utusan) ataukah Malaikat (Angel) dari hadirat Allah??? Kejujuran dan ketelitian saudara adalah kunci jawabannya. Dan LAI - yang memang saat ini dikerumuni oleh teolog-teolog Trinitarian - tampaknya telah melakukan kebohongan publik dan dosa besar dengan berani mengubah penyalinan ayat tersebut! Di kitab Maleakhi 3:1 juga jelas 'Malaikat Perjanjian' itu mengacu pada Yesus, tetapi Pdt. Esra juga telah mengklaim bahwa 'Malaikat TUHAN / Malaikat Yahweh' yang tertulis di banyak ayat Alkitab Perjanjian Lama (Kejadian 16:7, 22:11, 31:11 dllnya) itu = Yahweh (Allah) sendiri, padahal di ayat-ayat tersebut jelas tertulis 'the Angel of the LORD' (=Malaikatnya Yahweh). Dalam Alkitab bahasa Jawa tertulis 'Malaikate Yehuwa' (=Malaikatnya Yahweh). Jelas 'Malaikatnya Yahweh' ya artinya Malaikatnya Yahweh, bukan Yahweh itu sendiri. Bagaimana bisa Esra mengklaim bahwa Malaikatnya Yahweh sebagai Yahweh sendiri? wah�wah�wah, pasti filsafat Yunani lagi!
Para pembaca yang dewasa, sebagai pengikut Kristus, satu hal yang harus kita sama-sama ingat dan sepakati yaitu: "Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakanlah tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari iblis!" (Matius 5:37). Demikianlah tanggapan singkat saya terhadap tulisan Pdt. Esra Alfred Soru yang telah menanggapi buku Allah Dalam Alkitab dan AlQur'an yang saya tulis. Terimakasih kepada Redaksi Timex, kepada Pdt. Esra, dan kepada seluruh pembaca setia Timex. Mohon maaf sekiranya ada tulisan-tulisan saya yang kurang berkenan di antara pembaca. Harapan saya, secepatnya saya dan Esra dapat bertemu untuk dialog / debat terbuka khusus membahas siapakah Yesus dan doktrin Trinitas. Info yang perlu pembaca ketahui juga, saya sudah menghubungi Pdt. Esra untuk menggelar debat terbuka untuk umum tersebut, yang akan diselenggarakan di Surabaya, kapan watunya? Esra merencanakan pada bulan Juni 2007. Tapi saya dan Tim mengharapkan secepatnya, semoga!
Frans Donald
Tulisan-tulisan Esra Alfred Soru tgl 13-17 Nop.2006, yang mencoba membahas mengupas ayat demi ayat dengan bahasa dan pemahaman Yunani, seolah dianggap membuktikan kebenaran dan menguatkan doktrin Trinitas. Tetapi sebenarnya kalau pembaca jujur teliti dan mencermati tulisan Esra tersebut, maka justru argumen-argumennya tampak lemah, terlalu dipaksakan, sangat tidak sesuai kontekstual Yahudi, sarat filsafat Yunani dan bertele-tele, bisa membingungkan pembaca. Saya tidak akan menanggapi semua teori Esra melalui tulisan karena jika kembali membahas ayat-ayat itu lagi hanya akan menjadi debat kusir saja karena Esra memakai pikiran Yunani, sedangkan saya memakai pikiran Monotheis Yahudi, tetapi sebagaimana saya sudah sampaikan, bahwa harapan saya, semoga secepatnya antara saya dan Esra bisa 'temu darat' untuk adu argumen di depan masyarakat dan wartawan. Esra silahkan pertahankan kebenaran Trinitasnya, dan saya dan tim saya akan membongkar Trinitas. Pemahaman dan teori siapa yang benar tentu akan terbukti nantinya. Mungkin saya yang salah dan Esra yang benar, atau sebaliknya.
Salah satu argumen yang sangat 'konyol' dan dipaksakan oleh Esra adalah teologi filsafat Yunaninya yang menyatakan bahwa Yesus memiliki 2 hakikat: manusia dan ilahi, Yesus adalah Allah-Manusia, Ia adalah Allah yang sejati sekaligus manusia sejati, Ia adalah Allah yang sempurna sekaligus manusia yang sempurna, kalau pikiran ilahi yang timbul, Ia berkata-kata sebagai Allah, kalau pikiran manusianya yang timbul, Ia berkata-kata sebagai manusia. Kalau pikiran ilahinya timbul, Ia menjadi Allah yang Maha Tahu, kalau pikiran manusianya timbul, Ia menjadi tidak maha tahu. Wah! menurut saya, dogma dan filsafat ajaran Pdt. Esra sangat membingungkan umat! Jika Yesus adalah pribadi yang seperti dia teorikan, maka Yesus jadi seperti bermain sandiwara kalau dalam konsep 'Allah tetapi sekaligus manusia' seperti pendapat Esra tersebut. Manusianya tidak maha tahu, tetapi keAllahannya maha tahu, jadi sebenarnya Yesus itu maha tahu apa tidak, pak Esra? Manusianya bisa lapar, tapi keAllahannya tidak, jadi sebenarnya Yesus lapar atau tidak ketika dicobai di padang gurun (Matius 4:2)? Manusia Yesus mengalami rasa ketakutan, tapi keAllahannya tidak bisa takut, jadi sebenarnya Yesus takut atau tidak ketika bergumul di Taman Getsemani (Matius 26:37)? Kondisi 'Yesus manusia' sekaligus 'Yesus Allah sejati' ini adalah argumen seorang pendeta yang jelas sangat berbeda sekali dengan pernyataan para rasul. Paulus menyatakan kondisi manusia Yesus Kristus adalah sama seperti kita, sepenuhnya darah dan daging (Ibrani 2:14). Jadi Yesus adalah Imam Besar yang turut merasakan pencobaan kita dengan cara yang sama (Ibrani 4:15).Yesus adalah sepenuhnya manusia, dan bukan Allah karena Allah tidak dapat dicobai (Yakobus 1:13). Kitab suci juga bersaksi bahwa kita manusia akan bisa menjadi SAMA SEPERTI YESUS (1 Yohanes 3:2) berarti jelas Yesus bukan Allah sejati, karena jika Yesus Allah sejati maka tidak mungkin kita manusia bisa jadi sama seperti Yesus, bukan? Saya sangat mengimani kata-kata Yesus bahwa saya (manusia) bisa jadi seperti Yesus! melakukan pekerjaan Yesus, bahkan dapat melakukan pekerjaan yang lebih besar daripada Yesus (Yohanes 14:12). Tapi jika menurut Esra: Yesus itu Allah sejati, apakah Esra punya iman untuk jadi seperti Allah??? bukankah impian menjadi seperti Allah adalah impian Lucifer (Yesaya 14:13-14) ?
Dalam tulisan kali ini, saya rasa tidak perlu banyak bicara soal Trinitas, karena toh Esra dalam tulisannya sudah mengklaim dan menganggap saya (Frans Donald) sebagai : �tidak paham bahasa Yunani, ...Frans Donald telah membuat kesimpulan yang keliru, ..Frans Donald sama sekali tidak memahami alias buta terhadap konsep Trinitas / Tritunggal Kristen, ..teori Frans Donald hanya omong kosong saja tanpa memahami Alkitab secara mendalam. Begitulah pernyataan-pernyataan Esra terhadap saya, jadi kalau memang pemahaman saya dianggap omong kosong saya harap secepatnya kita bisa berjumpa dalam dialog terbuka untuk membuktikan di depan masyarakat umum apakah pendapat-pendapat saya hanya omong kosong belaka, atau Pdt. Esra lah yang justru telah berupaya menjelaskan Trinitas dengan teori-teori filsafat Yunani yang sebenarnya kosong dan palsu? - seperti kata Rasul Paulus di Kolose 2:8. Bagi saya cukup jelas, sejarah tidak bisa disangkal lagi, Trinitas yang menyatakan Yesus sebagai Allah sejati adalah berasal dari alam pikir filsafat Yunani. Filsafat Yunani memang sangat sesuai untuk kebudayaan debat (Apologet) dan adu filosofi karena memiliki multi tafsir dalam pemaknaannya. Dengan filsafat Yunani, hitam bisa dibilang putih, putih bisa dibilang hitam. Tiga bisa dibilang satu, satu dibilang tiga. Sangat berbeda dengan konsep Yahudi, tiga ya tiga, satu ya satu. Nah, masalahnya apakah kita harus berkiblat ke tradisi pikir Yunani yang melahirkan ajaran Trinitas dan menjadikan Yesus sebagai Allah sejati hasil rumusan konsili-konsili tahun 325 dan 381 M yang sangat sarat kepentingan politik, atau, berkiblat kepada Monoteisme Yahudi sebagai bangsa keturunan Yakub yang beriman kepada Allah yang Esa yaitu Yahweh ? Alkitab jelas berkonsep Yahudi bukan Yunani !
Hukum utama yang orang Yahudi pahami dan itu dibenarkan adalah : "Dengarlah hai orang Israel , YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa" (Ulangan 6:4; Markus 12:29). Kata esa, echad, tidak dapat diartikan kesatuan kolektif, melainkan satu numerik. Satu tunggal, satu-satunya. "Echad muncul dalam penerjemahan sebagai angka satu, satu-satunya, sendirian, tidak terbagi" (Theological Dictionary of The Old Testament, Grand Rapids : Eerdmands, 1974:194). Leksikon yang ditulis oleh Koehler dan Baumgartner juga memberikan arti mendasar dari echad sebagai satu tunggal (Hebrew And Aramic Lexicon of The Old Testament, Leiden 1967). Kata Allah, elohim, bukanlah berarti bahwa Allah adalah plural (lebih dari satu). Elohim merupakan bentuk majestic plural, yaitu karena kebesaran suatu konsep digunakan bentuk plural tetapi tetap maknanya tunggal. Gesenius Hebrew Grammar oleh Kautzsch (Oxford Clarendon Press, 1910:398, 399) menuliskan tentang kata elohim: "Majestic plural (bentuk plural yang agung) merangkum beberapa karakteristik dibalik sebuah ide. tetapi bahasa Yahudi menolak ide pluralitas secara numerik dalam kata elohim (kapan saja kata itu dilekatkan kepada Allah yang satu-satunya). Hal itu dapat dibuktikan terutama dari hampir selalu dilekatkan bentuk atribut singular (tunggal)". Salah satu kata lain yang berbentuk plural tetapi bermakna tunggal adalah "Panim" (wajah). Akhiran -im dalam Panim memang menjadikannya berbentuk plural tetapi kita tahu maknanya tunggal.
Kalau kita mau memperhatikan seperti apa alam pikir yang ada pada jaman Yesus dan pada waktu gereja mula-mula dibentuk (sering disebut Kristen purba), maka kita dapat memahami alam pikir Yahudi yang ada adalah alam pikir yang monoteis konkret, yang berbeda dari konsep alegoris Yunani yang sesudahnya. Monoteis konkret menyatakan Allah yang esa (satu) adalah satu. Tetapi alegoris Yunani dapat menerima konsep satu yang jamak. "Yudaisme, lingkungan di dalam mana orang-orang kristen purba hidup dan berasal, senantiasa merupakan agama monoteisme yang kuat. Dari Yudaisme inilah kekristenan mewarisi monoteisme" (Lohse, 1994:47). Jelas kekristenan mula-mula adalah monoteisme, bukan Trinitas. Kekristenan awal kitab sucinya adalah Perjanjian Lama (Perjanjian Baru belum ditulis). Apakah Perjanjian Lama memberikan identifikasi adanya konsep ketritunggalan Allah yang dipercayai oleh kekristenan alam pikir Yunani yang berkuasa sampai saat ini? "Perjanjian Lama tegas monoteistik. Allah adalah pribadi tunggal. Tidak ada perpecahan antara tulisan dalam Perjanjian Lama dengan yang ada di Perjanjian Baru. Tradisi monoteistik terus berlanjut. Yesus adalah orang Yahudi, dididik dalam keluarga Yahudi yang membaca Perjanjian Lama. Ajarannya secara mendasar adalah Yahudi; Benar dia menyampaikan pekabaran Injil yang baru tetapi bukan teologia (keAllahan) yang baru" (LL Paine, a Critical History of the Evolution of Trinitarianism, 1902:4)."Tidak ada indikasi dalam Perjanijian Lama tentang pemisahan keAllahan. Ini merupakan salah tempat untuk menemukan doktrin Inkarnasi Allah atau tentang hal-hal trinitas dalam halaman-halamannya" (Encyclopedia of Religion and Ethics, Clark, 1913, jilid 6:254). "Kaum teolog hari ini telah setuju bahwa Kitab-kitab orang Ibrani tidak berisikan dokrtin Trinitas" (The Encyclopedia of Religion, Eliade, 1987, 15:54). Bahkan Katolik sebagai 'pencipta' Trinitas sendiri mengakui bahwa "Doktrin trinitas tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama" (New catholic Encyclopedia, Pub. Guild, 1967:306). Jadi jika kita mendengar kredo iman orang Yahudi : "Dengarlah hai orang Israel, YHWH Allah kita, YHWH itu esa" (Ulangan 6:4), maka pastilah esa itu satu tunggal, bukan Trinitas / Tritunggal!
Dalam tulisannya, Esra mengatakan bahwa Yesus = Yahweh (Allah sejati), padahal sejarah-sejarah telah membuktikan bahwa Yesus baru dijadikan sebagai Allah sejati oleh Doktrin Tritunggal / Trinitas hasil konsili-konsili yang penuh muatan politik jauh ratusan tahun setelah Yesus terangkat ke sorga. "Jika Yesus telah dianggap Allah sejak abad I mengapa sangat lama gereja baru dapat menyatakan secara formal bahwa keAllahan terdiri dari 2 pribadi, dan kemudian 3 pribadi - dan semuanya itu terjadi dalam tekanan politik yang hebat" (Sir Anthonny Buzzard, The Doctrine of Trinity). Menurut Thomas Jefferson (Presiden Ke-3 Amerika Serikat dan penggagas Deklarasi Kemerdekaan) : "Trinitas adalah proposisi (gagasan) yang tidak dapat dipahami dari konsep mistik platonis bahwa satu itu tiga dan tiga itu satu. Nyatanya, satu bukan tiga dan tiga bukan satu. Saya tidak pernah benar-benar dapat memahani Trinitas, dan jelas bagi saya bahwa pemahaman harus mendahului keputusan untuk percaya". (The Religius Life of Thomas Jefferson, CB Sanford, Virginia, 1987:88). Seorang Profesor pakar dan guru besar teologi, Thomas Mc Elwain dalam bukunya Bacalah Bible, dan juga teolog dan sejarahwan Richard Rubenstein dengan bukunya Kala Yesus jadi Tuhan , yang bisa para pembaca dapatkan di Gramedia, juga cukup bagus membongkar kekeliruan dan sejarah kelam Trinitas.
Hal menarik terakhir yang perlu saya komentari juga adalah peryataan Esra yang mengklaim saya keliru kalau menyebut Yesus prainkarnasi sebagai malaikat. Esra menulis : " �pandangan Frans Donald bahwa Yesus sebelum menjadi manusia adalah malaikat adalah pandangan yang salah dan hanya menunjukan betapa dangkalnya pemahamannya terhadap Alkitab". Benarkah saya salah jika menganggap Yesus sebelum turun ke dunia sebagai malaikat? Dalam hal ini tegas saya katakan, tidak ! Justru Pdt. Esra Alfred Soru lah yang salah! Saya mengatakan 'Yesus itu malaikat' bukan tanpa dasar atau asal bicara, mari saya buktikan : salah satu nubuat tentang kedatangan Yesus dalam Yesaya 63 : 8b - 9a versi Alkitab KJV tertulis "So He (God) become their Savior in all their afliction he was afflicted. And the Angel of His presence saved them, in His love and His pity He redeemed them". Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : "maka Ia (Allah) menjadi juruselamat mereka dalam kesesakan mereka. Dan Malaikat yang di hadirat-Nya menyelamatkan mereka, dalam kasih-Nya�". Perhatikan frase ayat "Malaikat di hadirat-Nya" ternyata oleh LAI telah dengan sangat sembrono berani diubah menjadi "bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia (Allah) sendiri", terjemahan ini jelas mengandung makna bahwa yang menjadi manusia adalah Allah sendiri bukan utusan, padahal ayat aslinya tidak seperti itu! Hal ini bisa dibuktikan dengan menyelidik ayat tersebut pada Alkitab LAI terbitan 1958-68 yang tertulis: "�Malakalhadliratnya [malaikat di hadirat Allah] memelihara mereka �" Bunyi ayat itu jelas beda dengan Yesaya 63:8b-9a di Alkitab LAI terbitan baru yang sudah dirubah menjadi " ..Bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia sendiri".
Nah, mana yang saudara-saudari pembaca percayai? Mahluk yang turun ke dunia menjadi sosok Yesus apakah Allah sendiri (bukan utusan) ataukah Malaikat (Angel) dari hadirat Allah??? Kejujuran dan ketelitian saudara adalah kunci jawabannya. Dan LAI - yang memang saat ini dikerumuni oleh teolog-teolog Trinitarian - tampaknya telah melakukan kebohongan publik dan dosa besar dengan berani mengubah penyalinan ayat tersebut! Di kitab Maleakhi 3:1 juga jelas 'Malaikat Perjanjian' itu mengacu pada Yesus, tetapi Pdt. Esra juga telah mengklaim bahwa 'Malaikat TUHAN / Malaikat Yahweh' yang tertulis di banyak ayat Alkitab Perjanjian Lama (Kejadian 16:7, 22:11, 31:11 dllnya) itu = Yahweh (Allah) sendiri, padahal di ayat-ayat tersebut jelas tertulis 'the Angel of the LORD' (=Malaikatnya Yahweh). Dalam Alkitab bahasa Jawa tertulis 'Malaikate Yehuwa' (=Malaikatnya Yahweh). Jelas 'Malaikatnya Yahweh' ya artinya Malaikatnya Yahweh, bukan Yahweh itu sendiri. Bagaimana bisa Esra mengklaim bahwa Malaikatnya Yahweh sebagai Yahweh sendiri? wah�wah�wah, pasti filsafat Yunani lagi!
Para pembaca yang dewasa, sebagai pengikut Kristus, satu hal yang harus kita sama-sama ingat dan sepakati yaitu: "Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakanlah tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari iblis!" (Matius 5:37). Demikianlah tanggapan singkat saya terhadap tulisan Pdt. Esra Alfred Soru yang telah menanggapi buku Allah Dalam Alkitab dan AlQur'an yang saya tulis. Terimakasih kepada Redaksi Timex, kepada Pdt. Esra, dan kepada seluruh pembaca setia Timex. Mohon maaf sekiranya ada tulisan-tulisan saya yang kurang berkenan di antara pembaca. Harapan saya, secepatnya saya dan Esra dapat bertemu untuk dialog / debat terbuka khusus membahas siapakah Yesus dan doktrin Trinitas. Info yang perlu pembaca ketahui juga, saya sudah menghubungi Pdt. Esra untuk menggelar debat terbuka untuk umum tersebut, yang akan diselenggarakan di Surabaya, kapan watunya? Esra merencanakan pada bulan Juni 2007. Tapi saya dan Tim mengharapkan secepatnya, semoga!
Post a Comment