Bongkar Gerejamu Bantu Mereka Yg Sakit
BONGKAR GEREJAMU
"Duh, gw gak bisa ngasih apa-apa. Gw cuma bisa berdoa supaya masalah lo segera teratasi."
Saya muak mendengar kilah semacam itu. Sudah terlalu sering, sudah pengen muntah. Doa menjadi semacam exit door bagi keengganan kita terlibat dalam problematika sekeliling.
Apalagi gereja. Yang satu ini sudah lama tidur dari peradaban Indonesia, cuma bergenit-ria memoles wajahnya dengan dempul, mengurus diri sendiri. Kalau pun ada Kristen mengemuka di Nusantara, itu Ahok, bukan gereja.
Pemerintah Republik Indonesia sudah melansir perkiraan: jumlah manusia terpapar Corona bakal melejit di pekan depan. Kenapa? Test Kit Corona dari Amerika, dari Cina, dari Singapura, segera datang. Orang bakal ramai-ramai berduyun minta ditest. Hasilnya diperkirakan cukup mendebarkan.
Kita tidak mau mengulangi masalah yang terjadi di Italia: jumlah pasien membludak, jumlah kamar jauh dari cukup. Ahok (lagi-kagi dia), dan Erick Tohir sudah mengumandangkan inisiatif: mengubah hotel BUMN dan hotel milik Pertamina sebagai rumah sakit.
Kita pun bisa berbuat serupa. Bagaimana?
Buka pintu gereja. Singkirkan kursi-kursi jemaat, kalau perlu sampai ke meja ekaristi. Masukkan puluhan tempat tidur tunggal ke sana. Berpatunganlah membeli gordijn lalu menjadikan lambung gedung gerejamu sebagai bangsal perawatan.
Jadikan gerejamu nyata-nyata sebagai tubuh Kristus, tempat tubuh-tubuh manusia mendapat kepulihan. Ajak warga jemaat yang berprofesi sebagai dokter dan perawat untuk terlibat.
Undang siapa pun, entah muslim, entah kristen, entah kejawen, entah atheis, untuk datang ke rumah perawatan. Buktikan bahwa Allah hadir bagi penderitaan manusia.
Kalau gerejamu sanggup berpatungan membeli obat-obatan, lebih bagus lagi. Kalau tidak, laporkan kesiapan gerejamu kepada BNPB untuk menjadi bangsal perawatan.
Kita bukan Wuhan. Kita bukan Cina. Tapi kita Indonesia. Sudah lama kita menabalkan diri sebagai bangsa yang gemar bergotongroyong. Saya tahu kita tidak berdusta. Sekarang saatnya membuktikan itu kepada dunia.
Ini duka. Ini bencana. Tapi ini juga pergelaran kilau cahaya kemanusiaan untuk mengabarkan kepada bangsa-bangsa bahwa tak ada satu berkuasa melenyapkan spesies manusia.
Nanti, ketika ekaristi belum bisa dilakukan di Kamis Putih atau Jumat Agung, kenanglah momen ini: ekaristi sejati, misteri agung atas materi, sudah kami alami di bangsal perawatan gereja.
Cukuplah doamu. Sekarang, bongkar gerejamu.
(terusan WAG)
Post a Comment