50 TAHUN PELAJARAN HIDUP PERNIKAHAN
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Apa yang telah di persatukan Allah, tidak boleh di ceraikan manusia.
(Matius 19:5-6)
Apa yang dapat kita pelajari dari 50 tahun hidup pernikahan? Kehidupan yang istimewa! Bukan sesuatu yang sempurna tetapi penuh hikmah. Berikut ini adalah saduran tulisan dari hamba-Nya Bp. Surya Wiraatmadja (Jember). Mari simak dan dapatkan berkat-Nya lewat beliau.
Pernikahan sebenarnya adalah prakarsa Tuhan dan dirancang satu kali. Banyak dari antara kita, bila pernikahan sudah mencapai 50 tahun, biasanya di rayakan dengan pesta “KAWIN MAS” (Tentu bagi orang-orang mampu keadaan ekonominya). Kami tidak merayakan pesta tersebut. Saya hanya dapat mengucap syukur kepada Tuhan, kami bersyukur Tuhan telah memberikan kami kesehatan, sehingga kami masih dapat menikmati sisa hidup ini dengan isteri yang saya nikahi 50 tahun silam.
Dalam kehidupan berumah tangga tentunya tidak selalu dapat dilalui dengan mulus tanpa gejolak. Sekecil apapun dalam bahtera hidup kita pasti ada riak gelombang yang kita alami. Jujur kami juga mengalarni pasang surut dalam menghadapi masalah hidup berumah tangga. Saya pernah membaca kata-kata indah ketika masih remaja. (Kalau tidak salah dari sebuah novel yang berjudul LAYAR TERKEMBANG). Berikut ini kutipannya:
“Cinta itu laksana setetes embun yang baru turun dari langit, bersih dan suci,hanya tanahnya yang berlainan menerimanya … “
Ya, seandainya cinta saya terhadap isteri diumpamakan setetes embun tersebut, maka tanah yang menerimanya adalah tanah yang subur, tanah yang menyuburkan tanaman yang tumbuh di atasnya, dan menghasilkan buah yang baik.
Perjalanan pernikahan setengah abad yang sudah kami lewati tentunya tidak terlepas dari adanya saling mengasihi, karena kasih itu menjadikan perekat antara suami isteri, saling mengisi kekurangan masing-masing. Sebagai manusia tentunya semua mempunyai kekurangan dan kelebihan. Sepuluh jari mempunyai ukuran panjang pendek yang tidak sama, namun bila sepuluh jari tersebut dapat bekerja sama dengan baik, maka menghasilkan karya yang baik dan bermanfaat bagi sesamanya.
Kini usia kami sudah tidak muda lagi. Kita tidak diciptakan untuk hidup 1.000 tahun. Seorang pujangga Yunani bernama Euripides, (480 SM) menamakan, “Kematian itu adalah hutang yang harus kita bayar, tua muda, kaya miskin, raja gelandangan, semua akan sama dalam kubur dan ini akan terus terjadi.” Sisa umur kami dapat dihitung dengan jari, tentunya umur kita adalah Tuhan yang menentukan. Senja itu memang indah, hanya sayang hari sudah hampir malam. Bila malampun tiba, saya berdoa semoga adalah malam yang indah, malam yang penuh bintang bertaburan di langit, yang tidak pernah kita lihat di siang hari, dengan hati penuh damai, memasuki kerajaan Allah.
Dua Kunci Sukses Pernikahan “(Efesus 5:22-25)
Pernikahan itu adalah sebuah moment indah didalam hidup manusia, terutama manusia Kristiani, karena ada keterlibatan Tuhan disana. Itu indahnya sekaligus sucinya sebuah Pernikahan dalam sudut pandang Iman Kristiani. Yang suci itu bukan dua orang yang mengikat janji Pernikahan, bukan juga Pendeta yang memberkati Pernikahan itu, tetapi Tuhan yang terlibat didalamnya dan sekaligus Perancang Pernikahan. Ada Pernikahan yang bertahan lama sampai maut yang memisahkan mereka, tetapi ada juga Pernikahan yang relatif singkat(1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, dst) dan berakhir dengan perceraian atau saling meninggalkan. Apakah Tuhan harus disalahkan disini, tegas tidak.. karena Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah salah. Manusialah “biang kerok” kesalahan itu, manusialah penyebab dari semua kesalahan.
DUA KUNCI SUKSES PERNIKAHAN KRISTEN : ” 50 TAHUN “(PERNIKAHAN EMAS)1. Isteri Tunduk kepada Suami(ayat 22) :
Pengertian tunduk disini punya makna rokhani yang kuat dan mendalam, artinya : tunduk kepada suamimu seperti kepada Tuhan(ayat 22). Jadi sikap tunduk disini bukan seperti bawahan kepada atasan, tetapi karena itu memang kemauan Tuhan maka saya taat, saya dengan sukacita dan tulus menghormati Tuhan. Karena suami adalah pemberian Tuhan yang terbaik kepada saya, maka saya harus hormati dia.
Pengertian tunduk disini punya makna rokhani yang kuat dan mendalam, artinya : tunduk kepada suamimu seperti kepada Tuhan(ayat 22). Jadi sikap tunduk disini bukan seperti bawahan kepada atasan, tetapi karena itu memang kemauan Tuhan maka saya taat, saya dengan sukacita dan tulus menghormati Tuhan. Karena suami adalah pemberian Tuhan yang terbaik kepada saya, maka saya harus hormati dia.
5 Makna penting dari kata tunduk :
– Merendahkan diri : tidak merasa lebih, tidak bersikap berlebih/ tidak bersikap over.
– Setia : karena Tuhan begitu setia mengasihi saya, maka saya juga harus setia terhadap suami.
– Dengar-dengaran : bagaimana saya akan dengar-dengaran kepada Tuhan, sedang suami tidak.
– Menghormati/Menghargai : itulah wujud dari saya menghormati/ menghargai Tuhan.
– Memberi tempat/jaga martabat atau wibawa suami : kalau bukan saya, lalu siapa lagi.
– Merendahkan diri : tidak merasa lebih, tidak bersikap berlebih/ tidak bersikap over.
– Setia : karena Tuhan begitu setia mengasihi saya, maka saya juga harus setia terhadap suami.
– Dengar-dengaran : bagaimana saya akan dengar-dengaran kepada Tuhan, sedang suami tidak.
– Menghormati/Menghargai : itulah wujud dari saya menghormati/ menghargai Tuhan.
– Memberi tempat/jaga martabat atau wibawa suami : kalau bukan saya, lalu siapa lagi.
2. Suami Mengasihi Isteri(ayat 25) :
Pengertian mengasihi disini tidak sepihak, tetapi suami yang mengasihi Tuhan sadar persis bahwa inilah pemberian Tuhan yang terbaik kepada saya. Karena itu saya harus mengasihi dia sebagaimana saya mengasihi Tuhan dan diri saya sendiri. Jadi mengasihi isteri adalah gambaran mengasihi Tuhan.
Pengertian mengasihi disini tidak sepihak, tetapi suami yang mengasihi Tuhan sadar persis bahwa inilah pemberian Tuhan yang terbaik kepada saya. Karena itu saya harus mengasihi dia sebagaimana saya mengasihi Tuhan dan diri saya sendiri. Jadi mengasihi isteri adalah gambaran mengasihi Tuhan.
5 Makna penting dari kata mengasihi :
– Karena dialah “belahan jiwa saya”/ rusuk yang hilang : tanpa dia maka saya tidak lengkap.
– Dia pemberian terbaik dari Tuhan : sekalipun ada kekurangan, kita akan saling melengkapi.
– Saya mau memberi diri/memberi hidup : saya mau memberi yang terbaik bagi dia.
– Wajib memelihara : Tuhan sudah memberi, saya yang bertanggung-jawab untuk memelihara.
– Rela berkorban : Seperti Kristus berkorban bagi jemaat-Nya, demikian suami kepada isteri.
– Karena dialah “belahan jiwa saya”/ rusuk yang hilang : tanpa dia maka saya tidak lengkap.
– Dia pemberian terbaik dari Tuhan : sekalipun ada kekurangan, kita akan saling melengkapi.
– Saya mau memberi diri/memberi hidup : saya mau memberi yang terbaik bagi dia.
– Wajib memelihara : Tuhan sudah memberi, saya yang bertanggung-jawab untuk memelihara.
– Rela berkorban : Seperti Kristus berkorban bagi jemaat-Nya, demikian suami kepada isteri.
https://www.suarakristen.com/2017/09/24/pdt-jacobus-manuputty-dua-kunci-sukses-pernikahan-efesus-522-25/
Post a Comment